Surabaya Jajaki Kerja Sama dengan Negara-negara Nordic
Oleh
IQBAL BASYARI
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur, membuka peluang untuk melakukan kerja sama terkait masalah perkotaan dengan negara-negara Nordic. Surabaya dan kota-kota di negara Nordic, seperti Norwegia, Denmark, Finlandia, dan Swedia, dinilai memiliki masalah perkotaan yang mirip.
Penjajakan tersebut dimulai dari penyelenggaraan Nordic Roadshow, Sabtu (21/4/2018) di Gedung Siola, Surabaya. Setelah Surabaya, acara serupa akan dilakukan di Yogyakarta, Bandung, dan Jakarta.
Hadir dalam acara tersebut Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Duta Besar Norwegia untuk Indonesia Vegard Kaale, Duta Besar Swedia untuk Indonesia Johanna Brismar Skoog, Duta Besar Denmark untuk Indonesia Rasmus Abildgaard Kristensen, dan Duta Besar Finlandia untuk Indonesia Paivi Hiltunen Toivio.
Risma menuturkan, Surabaya telah menjelma menjadi salah satu kota yang diperhitungkan di kancah dunia. Selain pernah mendapat predikat Special Mention pada Lee Kuan Yew World City Prize 2018, Surabaya juga ditunjuk menjadi tuan rumah beberapa acara besar berskala internasional, antara lain Growing Up Urban Making Cities Safe and Sustainable for Every Child 2018 dan Startup Nations Summit 2018.
Sebagai salah satu kota besar di dunia, Surabaya dihadapkan pada permasalahan perkembangan kota dan urbanisasi, seperti banjir, permukiman, sampah, dan transportasi. Masalah ini juga dihadapi kota-kota besar lain di dunia, tidak terkecuali kota di negara-negara Nordic. ”Tahun 2040 diramalkan sebanyak 60 persen penduduk akan tinggal di perkotaan,” ujar Risma.
Oleh karena itu, Pemkot Surabaya dan negara-negara Nordic akan saling mempelajari solusi yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Solusi yang efektif akan coba diterapkan di Surabaya. Begitu pula solusi yang efektif dilakukan di Surabaya akan coba diterapkan di negara-negara Skandinavia tersebut.
Di Surabaya, lanjut Risma, Pemkot Surabaya melakukan berbagai upaya untuk mengatasi masalah kota dengan e-government. Sistem perizinan dan pelayanan masyarakat sudah meninggalkan kertas sebagai salah satu upaya menjadi kota cerdas. ”Dengan e-government, Pemkot Surabaya mampu menghemat anggaran hingga 25 persen sehingga dana tersebut bisa disalurkan untuk program pendidikan dan pengentasan kemiskinan,” ucapnya.
Bahkan, pelatihan kepada pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UKM) mampu meningkatkan kemampuan mereka menghadapi pasar. Ada sekitar 9.500 pelaku UKM yang tergabung dalam program Pahlawan Ekonomi yang beberapa di antaranya mampu menembus pasar ekspor.
Sementara di bidang pendidikan, Pemkot Surabaya memberikan pendidikan gratis bagi pelajar mulai TK sampai SMP, membangun 141 perpustakaan, dan menyediakan pelatih untuk mendampingi anak-anak belajar. ”Kemampuan keuangan dan sumber daya manusia kami terbatas, tetapi akan terus kita maksimalkan,” katanya.
Sumber energi
Adapun bagi Finlandia, Toivio mengungkapkan, pihaknya akan menawarkan kerja sama di sejumlah bidang, antara lain energi, kehutanan, pariwisata, dan pendidikan. Menurut dia, Surabaya sudah baik dalam pengolahan energi, maka kerja sama akan bisa meningkatkan sumber energi di Surabaya menjadi lebih baik.
”Surabaya punya potensi alam yang luar biasa, seperti sinar matahari dan angin yang bisa menjadi sumber energi baru yang bersih dan ramah lingkungan. Kami siap untuk membantu di sektor ini,” ujar Kristensen.
Kaale menuturkan, dengan jumlah penduduk yang mencapai 3 juta jiwa, Surabaya perlu pengelolaan energi yang baik. Salah satunya dengan menghadirkan sumber energi yang bersih dan berkelanjutan. Sebab, populasi yang besar selalu membutuhkan sumber energi yang terus bertambah. Padahal, sumber energi fosil jumlahnya terbatas.
”Swedia siap membantu Surabaya mewujudkan transportasi publik untuk mengatasi masalah besarnya populasi di kota ini,” ujar Skoog.