UMKM Lamongan Serap Tenaga Kerja dan Tingkatkan Ekspor
Oleh
Adi Sucipto K
·3 menit baca
LAMONGAN, KOMPAS — Sebanyak 130.006 usaha mikro kecil dan menengah atau UMKM di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, menyerap 327.422 tenaga kerja. Di sisi lain, produk aneka camilan yang diproduksi UD Lembah Hijau Kedungpring telah diekspor ke Amerika Serikat, Brunei Darussalam, dan Malaysia, selain dipasok ke jaringan Giant dan Alfamart di Indonesia.
Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Lamongan Anang Taufiq, Rabu (11/4/2018), menyebutkan, agar pelaku UMKM makin bergairah, pihaknya memfasilitasi perizinan industri rumah tangga (PIRT), sertifikasi halal dan merek, atau hak paten dari UMKM. Sampai ini tercatat ada 75 UMKM yang telah memiliki PIRT. Selain itu, ada 15 produk bersertifikasi halal dan dipatenkan mereknya.
Pihaknya juga memberikan pelatihan kepada UMKM, pada 2018 ini dengan fokus pelatihan bidang fashion, khususnya batik. Selain itu, dinas koperasi dan UMKM memfasilitasi peningkatan jaringan kerja sama dalam rangka perluasan pemasaran dengan koperasi besar dan pelatihan pengemasan.
Akses pemasaran didukung adanya Rumah Kreatif Lamongan (RKL). ”Ini diharapkan menjadi wadah memberikan pembinaan bagi UMKM untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas mereka. Di RKL ada jasa desain kemasan dan logo produk. UMKM bisa memasukkan produknya untuk dipasarkan secara daring melalui website Lamongan Mart,” kata Anang.
Ia menyebutkan, tahun ini, ada program penumbuhan wirausaha untuk 3.000 orang di 100 desa. Upaya itu dilakukan dengan memberikan bantuan 300 alat untuk olahan makanan, minuman, dan kerajinan.
Inovasi UMKM
Sri Wahyuni (46), warga Kedungpring, merupakan salah satu pelaku UMKM yang sukses di Lamongan. Awalnya, ia hanya jualan makanan ringan keliling kampung, kini ia bisa memasok ke pasar ritel modern hingga ekspor. Berlabel UD Lembah Hijau, keripik sukun, keripik jagung, keripik tempe, dan keripik mbothe atau umbi semakin dikenal.
Sri tak berhenti berinovasi, terakhir ia membuat terobosan baru dengan produk kerupuk kopi. Usahanya bisa memberdayakan masyarakat sekitarnya dan menyerap belasan tenaga kerja belum termasuk pemasok bahan baku.
Ia rajin mengikuti pelatihan, termasuk di Unit Pelaksana Teknis Pendidikan Pelatihan dan Promosi Ekspor Surabaya pada 2008. Berbekal pelatihan itu, ia meningkatkan kualitas produk, terutama kemasan keripik agar lebih menarik, lebih hiegienis, dan lebih layak jual.
Berkat promosi dan kemasan yang bagus, produknya diminati jaringan ritel modern, seperti Carrefour, Giant, dan Alfamart. Pesanan dari peritel dalam sebulan sedikitnya mencapai Rp 139 juta. Produk olahan camilannya, termasuk kerupuk kopi, telah dikirim ke Malaysia.
Nilai ekspor
Pada 2017 ada kenaikan nilai ekspor Lamongan sebesar Rp 13,034 miliar dari Rp 123,8 miliar pada 2016 menjadi Rp 136,934 miliar. Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Lamongan Mohammad Zamroni menyebutkan, kenaikan nilai ekspor itu ditunjang bertambahnya perusahaan pelaksana ekspor, dari 60 unit pada 2016 menjadi 62 unit perusahaan pada 2017.
Pihaknya secara kontinu melakukan pembinaan prosedur ekspor, di antaranya secara rutin memberikan informasi peluang pasar perdagangan luar di negeri serta promosi dan misi dagang. Sejumlah produk yang diekspor juga ada produk UMKM, seperti sarung tenun ikat, kerajinan kreatif, dan makanan ringan (keripik jagung). Selain itu, ada produk barang mebeler, pupuk alam, olahan hasil laut, dan dolomit.
Negara tujuannya ekspor di antaranya Timur Tengah, Australia, Jamaika, China, Jepang, Korea, Amerika, Singapura, Malaysia, dan Eropa. Zamroni menyebut, pada 2017, ada 24 kontainer arang yang diekspor ke Mesir oleh eksportir Asosiasi Pengusaha Arang dari Kecamatan Sambeng.
Tahun lalu juga dikapalkan 30.000 kilogram kerupuk olahan ikan, 420.000 kg beras super, 10.000 kg olahan jagung, dan 13.000 olahan ikan kering. ”Negara tujuan ekspor Malaysia, Korea, dan Arab Saudi,” kata Zamroni.