Para Pendaki Akan Bentangkan Merah-Putih di Puncak Tambora
Oleh
Khaerul Anwar
·3 menit baca
MATARAM, KOMPAS - Sedikitnya 300 pendaki asal Kabupaten Bima, Nusa Tenggaara Barat akan mendaki Gunung Tambora, sekaligus membentangkan bendera ‘Merah-Putih’ sepanjang 203 meter di puncak gunung berketingggian 2.850 mdpl itu. Kegiatan yang disebut Teka (naik) Tambora itu dilakukan untuk meramaikan peringatan letusan dahsyat gunung itu 11 April 1815.
“Rute pendakian lewat jalur Desa Kawindatoi dengan wkt tempuh dua jam satu hari. Pesertanya dari komunitas pecinta alam dan masyarakat umum. Pendakian start 8 April dan para pendaki dijadwalkan sampai puncak 11 April,” kata Deny Rahardian, Kepala Tata Usaha Taman Nasional Gunung Tambora, Minggu (1/4), di Mataram, Lombok.
Menurut Deny Raharidan, di puncak Tambora, para pendaki akan membentangkan ‘sang dwi warna’ sepanjang 203 meter yang merujuk usia letusan gunung itu. Sebelum mendaki, para peserta akan melakukan ziarah ke situs Kerajaan Tambora, Sanggar dan Pekat lenyap terkubur akibat letusan Gunung Tambora, dan memengaruhi iklim seantero Bumi seperti menciptakan ‘tahun tanpa musim panas’ di Eropa setahun setelah gunung itu meletus.
Kepala Dinas Pariwisata NTB, HM Faozal, mengatakan, kegiatan pendakian ke puncak Tambora akan dipimpin Jenateke (Putra Mahkota) Muhammad Putera Ferriyandi, putera sulung Bupati Bima Indah Dhamayanti Putri (isteri mantan Bupati Bima alm Ferry Zulkarnain).
Dari garis start di Kota Bima, para pendaki berjalan ke Desa Kawindatoi sekitar lima jam perjalanan. Sedang pendakian ke Tambora memerlukan waktu 12 jam. Para peserta Teka Tambora ini terlebih dahulu mengunjungi Museum ‘Asi Mbojo’ di Kota Bima, Doro Raja (makam keluarga Sultan Bima berada di sebuah bukit/gunung) di Kota Bma, Makam Raja Sanggar di Desa Sanggar Sanggar, mata air Tampiro di Desa Kore, kemudian menanam bibit pohon di seputar Air Terjun Tujuh Bidadari yang berada di Taman Nasional Gunung Tambora.
Air terjun itu tumpah dari ketinggian sekitar 20 meter yang airnya dari Sungai Oi Marai, dan berada di kawasan hutan tutupan yang kaya flora dan fauna seperti pohon Bajur, Kesambi dan Beringin. Kata Deny, Bupati Bima Indah Dhmayanti sampai lupa melepas pakaian seragamnya sewaktu menikmati sejuknya air terjun itu. \'\'Caru Poda (Bahasa Mbojo Bima = bagus sekali)”.
Selain Teka Tambora, Pemerintah Kabupaten Sumbawa, Sumbawa Barat, Dompu, Kota Bima dan Pemerintah Kota Bima, menggelar acara guna meramaikan peringatan letusan Tambora. Misalnya, ‘Festival Lawata” atau lomba perahu dayung dan hias di Pantai Lawata di Kota Bima, selain ‘Sakosa Bike Tours’ dengan rute Pantai Lariti menuju Taman wisata Kaliki, Kabupaten Bima.
Para peneliti menduga Tambora setinggi 4.200 mdpl sebelum meletus, atau lebih tinggi dari Gunung Kerinci (3.805 mdpl). Tambora diduga pernah meletus tahun 740 dan 3050 sebelum Masehi. Letusan 1815 dinilai terkuat.
Letusan dan aliran abu dan piroklastik Gunung itu mengakibatkan 10.000 penduduk saat itu menjadi korban, hilangnya penutur bahasa lokal, dan mengubur tiga kerajaan. Para ilmuwan, saat menggali di situs-situs area letusan, menemukan pot keramik, mangkok perunggu, botol kaca dan rumah penduduk yang terkubur abu dengan cara mirip dengan letusan Gunung Vesovius di Italia, yang mengubur Kerajaan Pompeii, sehingga Tambora disebut-sebut Pompeii of the East.