CIREBON, KOMPAS — Petani ubi jalar di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, terpukul pada masa panen kali ini. Hama wereng yang menyerang tanaman ubi membuat petani panen lebih awal. Produksi dan harga jual ubi di tingkat petani pun menurun.
Kondisi tersebut terpantau di sentra ubi jalar Desa Ciawigajah, Kecamatan Beber, Rabu (21/3). Ubi jalar yang seharusnya dipanen pada umur lebih dari lima bulan terpaksa diambil lebih cepat, pada usia tiga bulan. Petani panen lebih awal untuk menghindari meluasnya serangan hama wereng.
”Serangan hama wereng mulai dari batang. Ubinya enggak tumbuh,” ujar Safi’I (68), petani setempat. Serangan hama tersebut tampak pada bintik hitam di bagian dalam ubi jalar. Sejumlah bagian ubi juga bonyok. Ubi ukuran dua genggeman tangan tersebut hanya dibiarkan di lahan karena tidak dapat terpakai.
Kondisi itu, lanjutnya, dipicu hujan yang terus mengguyur wilayah Cirebon beberapa hari terakhir. Akibatnya, tanah menjadi lembab dan mengundang hama. ”Panen kali ini, petani ubi merugi,” ucapnya.
Dia mencontohkan, dengan lahan 100 bata (1.400 meter persegi), seharusnya ia mampu mendapatkan produksi 4 ton ubi jalar. ”Tetapi, kali ini paling hanya dapat 5 kuintal. Kan, dipanen lebih awal jadi jumlahnya sedikit. Banyak ubi juga rusak,” ucapnya.
Dengan harga jual saat ini yang hanya Rp 2.000 per kilogram, ia cuma meraup Rp 1 juta. Padahal, upah kerja saja membutuhkan biaya Rp 800.000. Ini belum termasuk harga pupuk dan pestisida yang dapat menelan biaya hingga Rp 1,3 juta.
Dalam kondisi normal, harga jual ubi jalar di tingkat petani dapat mencapai Rp 3.000 per kilogram. Namun, musim panen raya dan hasil panen yang kurang bagus membuat harga ubi jatuh.
Kepala Seksi Perekonomian dan Pembangunan Desa Ciawigajah Suharto mengatakan, serangan hama pada panen kali ini hampir merata di lahan ubi 140 hektar. Ia pesimistis, produksi ubi di Ciawigajah dapat mencapai kondisi normal, yakni 200 ton sampai 300 ton per tahun.
”Serangan hama bukan kali ini saja. Kami sering memberi tahu ke Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon. Namun, bantuan ’obat’ tanaman tidak mencukupi,” ujar Suharto.
Produksi ubi jalar di Cirebon selama ini juga tidak stabil. Pada 2013, misalnya, produksi ubi jalar hanya 1.166 ton, kemudian turun pada 2014, yakni 371 ton. Jumlah ini meningkat pada 2015, sebesar 5.663 ton.