Pelatihan keadaan darurat ke-59 di Bandara Juanda, Sidorajo, Jawa Timur, diwarna praktik penyelematan korban dari lantai dua gedung.
SURABAYA, KOMPAS — Latihan keadaan darurat petugas keselamatan Bandara Juanda menguji teknik latihan yang baru, antara lain dengan penyelamatan korban luka bakar secara vertikal atau menurunkan korban dari lantai dua bangunan dengan bantuan tali. Perum Angkasa Pura 1 kini mengembangkan model skenario pelatihan kedaruratan dalam kondisi yang makin ekstrem demi meningkatkan kemampuan personel mencapai standar keselamatan, yakni penyelamatan pada malam hari.
Pelatihan keadaan darurat hari Kamis (15/3) petang hingga malam dilakukan skenario penyelamatan situasi keadaan darurat yang lebih sulit, yakni skenario serangan teroris di pesawat pada malam hari, kecelakaan pesawat di bandara pada malam hari, dan penyelamatan korban dari atas gedung.
Direktur Operasi Angkasa Pura 1 Wendo Asrul Rose di sela-sela latihan menyatakan, upaya meningkatkan standar latihan ini dilakukan demi menjamin status keamanan bandara di Indonesia dan untuk meningkatkan kepercayaan konsumen.
kompas/dody wisnu pribadi
Pelatihan keadaan darurat ke-59 di Bandara Juanda, Sidoarjo, Jawa Timur, diwarnai praktik penyelamatan korban dari lantai dua gedung pada Kamis (15/3) petang hingga malam hari.
”Setiap bandara memiliki skenario keadaan darurat sebagai syarat operasi. Dan terpenting bukan sekadar skenario, tetapi juga kesiapan semua stakeholder di dalam lingkungan bandara serta sesama lembaga pendukung keselamatan penumpang dan seluruh penghuni Bandara. Bagaimana kesiapan ambulans, daya tampung rumah sakit terdekat, bagaimana kecepatan respons dan semua elemen kegawatdaruratan mendukung operasi bandara,” katanya.
Wendo mengakui, pihaknya mendapat pelajaran berharga dari musibah jatuhnya pesawat Air Asia pada 28 Desember 2014.
”Saat itu komunitas penanggung jawab keadaan darurat di bandara belajar sangat banyak tentang penanganan krisis. Kami belajar, misalnya, bagaimana mengurus keluarga penumpang yang korban musibah, bagaimana menjawab pertanyaan dari masyarakat, bagaimana mengurus bagasi penumpang, bagaimana menyediakan aneka dukungan selama krisis terjadi, seperti dukungan rohaniwan, psikolog, dan keluarga penumpang. Bagaimana menjawab pertanyaan dan mengelola informasi. Itu semua ada dalam skenario latihan,” katanya.
Latihan yang berlangsung pada Kamis pukul 15.00 itu diawali dengan operasi pengamanan kebakaran gedung lantai dua, lalu menyelamatkan tujuh korban, dua di antaranya karena keterbatasan akses keluar gedung akibat terbakar (dalam skenario) lalu korban diselamatkan dengan menurunkan dari lantai dua gedung lewat bantuan perlengkapan tali-temali.