Jarum jam baru menunjuk pukul 10.45 saat Agus (45) duduk lesehan seorang diri sambil melamun, Senin (12/3). Di depannya, setumpuk durian berukuran tanggung--dikelompokkan dalam ikatan-ikatan kecil--menunggu dibeli oleh pengguna jalan yang melintas di wilayah Ngantang, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Agus tidak memiliki cara khusus dalam menjual durian. Tidak ada warung, rak, atau tempat gantungan guna memamerkan durian kelas “premium” yang biasa dilakukan oleh pedagang di sepajang jalur Malang-Kediri yang berada di daerah pegunungan itu. Warga Ngantang ini meletakkan sebagian buah tropis itu di atas tanah begitu saja dan sebagian lainnya beralaskan peti kayu.
“Satu ikat isinya sekitar lima buah saya jual Rp 80.000-Rp 100.000. Nanti pasti ditawar oleh pembeli. Batas penawarannya tergantung, kalau saya masih untung, ya, saya berikan,” tuturnya. Agus mulai berjualan sekitar pukul 09.00 hingga sore. Dan sepanjang Senin pagi itu belum ada pembeli yang mampir.
Lelaki yang bekerja serabutan ini mengaku hasil penjualan durian tidak pasti. Jika pengguna jalan ramai atau hari libur maka buah yang terjual banyak. Sebaliknya, jika pengguna jalan sepi maka buah yang terjual juga sedikit. Apalagi pedagang yang mengadu nasib di kawasan itu cukup banyak.
“Kalau ramai penghasilannya bisa mencapai ratusan ribu sehari,” kata Agus enggan menyebut jumlah riil pendapatan yang dimaksud. Pedagang durian biasanya bermunculan pada musim durian yang berlangsung sejak Desember sampai Mei.
Menurut Agus dan pedagang yang lain, tidak semua durian yang dijual di kawasan tersebut asli daerah setempat. Ada juga durian dari Sumatera. Durian itu didatangkan oleh pedagang besar yang kemudian didistribusikan ke pedagang-pedagang eceran.
Masuknya durian luar daerah ini tentu disayangkan karena memengaruhi komoditas setempat. Durian Ngantang disebut-sebut punya rasa lebih enak, manis bercampur pahit, dengan tekstur buah lembut. Selain itu, durian dari luar daerah juga kerap dikirim dalam kondisi petik masih separo masak. Buahnya masak dalam perjalanan, bukan di atas pohon.
Masuknya durian luar daerah terjadi karena pasokan duren terbatas. Sementara di satu sisi jalan Malang-Kediri merupakan jalur wisatawan sepanjang tahun. Sedangkan di sisi lain, dalam tiga tahun terakhir, menurut pedagang dan pemilik kebun durian, produksi durian Ngantang tidak sebanyak tahun-tahun sebelumnya.
Imam (60), salah satu pemilik kebun durian di Dusun Panggung, Desa Mulyorejo, Ngantang, mengatakan, banyak buah durian rontok akibat cuaca banyak hujan. Ia menunjukkan salah satu pohon durian miliknya yang semula memiliki lebih dari 100 buah durian muda, rontok dan menyisakan beberapa durian tua saja.
Imam sendiri memiliki puluhan pohon durian dengan umur bervariasi. Jika kondisi buah lebat maka satu pohon bisa menghasilkan uang lebih dari Rp 10 juta dalam sekali musim panen. “Pohon ini kemarin hanya menghasilkan Rp 7 juta. Biasanya saat buah banyak menghasilkan Rp 10 juta lebih,” katanya.
Menurut Imam sejak erupsi Gunung Kelud tahun 2014 lalu produksi durian di wilayahnya menurun. Ia mengaku tidak tahu pasti apa penyebabnya. Yang terlihat secara kasat mata, sebagian buah durian itu rontok sebelum berkembang menjadi besar dan tua.
Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Malang Nasri Abdul W membantah produksi durian setempat turun dalam beberapa tahun terakhir. Menurut Nasri justru produksi durian Ngantang naik setelah erupsi Kelud. Secara logika kondisi kesuburan tanah bertambah akibat guyuran abu vulkanik.
Nasri membeberkan data yang pihaknya miliki. Jika tahun 2010 produksi durian hanya 16.739 ton maka tahun 2014 menjadi 16.082 ton, 50.801 ton (2015), 50.773 ton (2016), dan 54.164 ton (2017).
“Memang cuaca berupa hujan, angin, dan panas menyebabkan sebagian bunga rontok. Tapi dari sisi produksi terus naik. Dalam ferstival durian di Surabaya dua minggu lalu, durian asal Malang juga diperhitungkan,” tuturnya.
Di Malang sendiri ada beberapa wilayah penghasil durian selain Kasembon, Ngantang, dan Pujon. Sebut saja Tirtoyudo, Ampelgading, Sumbermanjing, dan Tumpang, yang ada di wilayah pegunungan sisi selatan dan timur Malang juga terdapat pohon durian.
Menurut dinas setempat, setidaknya ada sembilan jenis durian di wilayah Malang yang dinamai dengan nama lokal oleh masyarakat. Beberapa durian tersebut, salah satunya durian adalah durian unyil dan macan. Ada juga durian jingga (Durio zibthinus) yang pernah diangkat ke kancang nasional pada saat pemerintahan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono.