CIREBON, KOMPAS – Produksi padi di Jawa Barat pada tahun ini diprediksi lebih baik dibandingkan 2017. Selain pasokan air yang mencukupi, serangan hama dan penyakit juga tidak separah sebelumnya.
“Saat ini, tidak ada serangan wereng dan penyakit seperti tahun lalu. Kami optimistis, produksi padi bakal lebih baik,” ujar Kepala Badan Karantina Pertanian Kementerian Pertanian Banun Harpini, saat menghadiri panen padi di Desa Purbawinangun, Kecamatan Plumbon, Kabupaten Cirebon, Jabar, Kamis (8/3).
Di lahan 7.000 meter persegi yang dipanen, tidak tampak serangan hama wereng, pembawa virus kerdil rumput dan kerdil hampa. Bulir padi berisi, tidak hampa dan kerdil seperti musim tanam pertama tahun lalu. Petani setempat menyebutnya serangan klowor yang berarti padi pendek.
Berdasarkan perhitungan teknik ubinan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon, produktivitas padi di daerah itu mencapai 7,7 ton gabah kering giling (GKG) per hektar. Jumlah ini meningkat dibandingkan produktivitas tahun 2017 di Cirebon yang rata-rata 5,5 ton GKG per hektar.
Di Jabar, produktivitas padi tahun lalu hanya 5,8 ton GKG per hektar karena serangan klowor. Padahal, dalam kondisi normal produktivitas padi di Jabar sekitar 6,5 ton GKG per hektar.
Tahun ini, Jabar ditargetkan memproduksi 12,6 juta ton GKG. Jumlah tersebut pernah dicapai pada 2013. Selama ini, provinsi dengan penduduk terbanyak hingga 46 juta jiwa tersebut menyumbang 17 persen kebutuhan beras nasional. Kabupaten Cirebon adalah salah satu sentra padi di Indonesia.
Banun mengakui, ada serangan klowor mengurangi produksi padi di Jabar tahun ini. Namun, menurut dia, hanya 1.600 hektar lahan yang terpaksa mengalami eradikasi (pemusnahan) akibat serangan virus tersebut.
“Kami yakin tahun ini produktivitas bertambah. Berdasarkan koordinasi dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, curah hujan masih tinggi dua bulan ke depan sehingga pasokan air bakal cukup,” ujar Banun, yang juga penanggungjawab upaya khusus swasembada padi, jagung, dan kedelai Kementan.
Untuk mengantisipasi serangan hama dan penyakit, Banun meminta petani segera melaporkan kepada penyuluh dan bintara pembina desa (babinsa) jika terdapat gejala serangan hama. Hal ini dilakukan agar langkah pencegahan bisa dilakukan sejak dini.
“Sudah ada gerakan pengendalian hama. Ada gejala, langsung kami stop. Kami juga menyiapkan paket operasional seperti pupuk hayati dan dolomit,” ujarnya.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon Ali Efendi mengatakan, pihaknya optimistis dapat memproduksi 623.812 ton GKG tahun ini. “Memang beberapa pekan lalu sebanyak 300 hektar sawah kebanjiran. Dampaknya, gagal tanam sehingga panennya agak terlambat. Namun, produksi tidak berkurang,” ujar Ali.
Rakum (65), petani penggarap di Plumbon, mengatakan, saat ini serangan klowor tidak separah tahun lalu. Dia mengatakan, musim tanam padi pertama tahun lalu, hanya dapat 3 ton GKG. Sedangkan, saat ini bisa mendapat lebih dari 4 ton GKG.
“Saya berharap pemerintah tetap menjaga harga gabah di tingkat petani agar tidak anjlok. Tujuannya agar petani bisa benar-benar menikmati sejahtera dari panen yang mambaik,” kata Rakum yang menggarap lahan seluas 7.000 meter persegi.