SURABAYA, KOMPAS — Badan Pengawas Tenaga Nuklir menggandeng Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, untuk mengembangkan penelitian di bidang nuklir.
Kerja sama di antara kedua lembaga ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman antara Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten), Kamis (8/3) di Gedung Rektorat ITS, Sukolilo.
Kepala Bapeten Jazi Eko Istiyanto mengatakan, ITS memiliki sumber daya manusia yang memiliki pengetahuan tentang nuklir. Oleh sebab itu, mereka sangat berpotensi untuk berkontribusi dalam pengembangan tenaga nuklir di Indonesia.
Dia mencontohkan, di Denmark, mereka mampu memasang jaringan sensor dan stone untuk memantau seluruh wilayahnya. Tujuannya adalah untuk mengetahui energi besar seperti nuklir yang terkandung di wilayah Denmark.
”Denmark sudah berhasil memanfaatkan tenaga nuklir yang dimiliki. Indonesia sebagai negara besar seharusnya juga bisa,” ujar Jazi.
Di Indonesia, pihaknya sudah memasang beberapa alat radiasiportal monitor (RPM) di beberapa pelabuhan besar. Tujuannya untuk mencegah zat radioaktif dan bahan nuklir keluar masuk Indonesia tanpa pengawasan.
”Dalam pengawasan ini, kami merasa membutuhkan peneliti dari Departemen Teknik Industri ITS untuk memberikan saran terhadap tingkat efektivitas dan efisiensi dalam pembuatan RPM ini,” ujar Jazi.
Rektor ITS Joni Hermana berterima kasih karena ITS diberikan kepercayaan dan kesempatan dalam pengembangan teknologi nuklir di Indonesia. Saat ini, ada enam fokus penelitian yang sedang dikembangkan di ITS, beberapa di antaranya berhubungan dengan teknologi nuklir.
Keenam bidang penelitian itu ialah bidang kemaritiman, bidang energi, bidang permukiman lingkungan, bidang ilmu komunikasi dan teknologi, bidang material nanoteknologi, serta bidang kebumian dan manajemen bencana.
”Nuklir tidak hanya bisa dikembangkan untuk energi dan senjata, tetapi juga untuk pendidikan, penelitian, dan perkembangan di berbagai bidang,” ucap Joni.