KUPANG, KOMPAS — Ny Frentis Tobe (28), yang sedang menggendong Tika (3) anak perempuan pertamanya, nekat terjun ke dalam sumur sedalam 15 meter. Warga Oepura, Kelurahan Maulafa, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, ini mengalami patah kaki dan luka-luka, sementara anaknya mengalami luka ringan.
Ibu, yang tidak lain adalah orangtua tunggal, ini merasa tak mampu lagi menghidupi diri dan anaknya karena suami, Moses (32), telah menikah dengan perempuan lain dan keduanya melarikan diri ke Kalimantan Utara.
Semuel Temonop (35) warga RT 003 RW 008 Kelurahan Oepura, Kecamatan Maulafa, Kota Kupang, Kamis (1/3), mengatakan, saat melintas di rumah korban untuk membeli rokok tak jauh dari rumah korban, pukul 09.00 Wita ia menyaksikan korban mondar-mandir di sekitar sumur sambil menggendong anak. Namun, Temonop tidak mencurigai jika Frentis ingin bunuh diri bersama anaknya di dalam sumur itu.
”Saya tegur dia, tetapi dia cuma menganggukkan kepala. Sekitar 15 menit kemudian, setelah saya tiba di rumah, ada orang berteriak minta tolong. Saya menuju tempat kejadian perkara, ternyata ibu dan anaknya itu sudah berada di dasar sumur,” kata Temonop.
Kondisi air sumur dangkal, sekitar 1 meter. Dari permukaan sumur, tampak ibu itu masih mampu menggedong anaknya dalam keadaan berdiri sambil bersandar di dinding sumur.
Tidak ada yang berani masuk sumur karena tidak alat bantu. Temonop menghubungi tim SAR Kupang. Sekitar 20 menit kemudian, tim SAR tiba di lokasi kejadian. Satu dari tiga anggota SAR langsung turun ke dasar sumur dengan alat bantu.
Regu penyelamat ini mengangkat Tika lebih dahulu ke permukaan sumur. Kemudian ia mengangkat Frentis. Ibu ini mengalami patah kaki kanan di bagian betis dan luka-luka di bagian wajah dan kepala.
Sementara Tika mengalami luka gores di kaki, lengan, dan pipi. Kedua korban dalam keadaan lemas. Wajah ibunya sudah pucat dan sulit berbicara.
Marice Tobe (48), kakak kandung Frentis, mengatakan, suami korban telah menikah dengan perempuan lain. Keduanya sudah melarikan diri ke Nunukan, Kalimantan Utara, saat Tika berusia 1,5 tahun.
Korban berulang kali mengeluh soal kesulitan ekonomi untuk biaya hidup sehari-hari kepada saudara-saudaranya. Ia beberapa kali berjalan dari toko ke toko, mencari kerja, sebagai bagian layanan pelanggan. Namun, para pemilik toko selalu menawarkan dia untuk bekerja di dapur dan ia tolak.
”Selama ini kami, saudara-saudaranya, yang membantu Frentis dan Tika. Dia sempat melamar kerja di toko bagian dapur dan menetap. Ia pun tidak tahan, di samping itu tidak ada yang menjaga Tika sehingga ia memutuskan berhenti kerja. Keduanya menetap di rumah sendiri, peninggalan suami. Tetapi, kadang mereka tinggal di rumah saudara-saudaranya,” kata Tobe.