Pariwisata mendapatkan perhatian besar di daerah. Pemerintah setempat memberi ruang wisata dengan menggelar festival hingga memanfaatkan sinergi antarbalai ekonomi desa.
SURABAYA, KOMPAS Pemerintah Kota Surabaya menggelar acara ”Mlaku-mlaku Nang Tunjungan”, Sabtu (24/2), di Jalan Tunjungan, Surabaya, Jawa Timur. Berbeda dari tahun lalu yang digelar dua kali setahun, mulai tahun 2018 acara tersebut akan rutin diadakan setiap bulan. Langkah tersebut dilakukan untuk mengembalikan Jalan Tunjungan sebagai pusat wisata dan perdagangan di Surabaya.
Acara Mlaku-mlaku Nang Tunjungan hari Sabtu menampilkan panggung hiburan dan 120 pelaku usaha kecil dan menengah. Mereka menjajakan kuliner dan kerajinan khas Jawa Timur, seperti rujak cingur, pecel semanggi, dan lontong kupang. Kegiatan ini berlangsung pukul 16.00 hingga 21.00 di Jalan Tunjungan sepanjang 600 meter.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Sabtu, di Surabaya, mengatakan, sejak diadakan tahun lalu, animo wisatawan dan pelaku usaha untuk mengikuti acara Mlaku-mlaku Nang Tunjungan amat tinggi. Tercatat ada 13.000 pengunjung saat acara diadakan akhir tahun lalu. Diperkirakan ada 15.000 pengunjung pada acara kali ini.
”Pemkot Surabaya banyak menerima respons baik atas acara Mlaku-mlaku Nang Tunjungan. Oleh sebab itu, kami akan rutin mengadakan tiap bulan agar geliat perekonomian dan wisata di Jalan Tunjungan makin terasa bagi masyarakat,” ujarnya.
Bertambahnya intensitas acara Mlaku-mlaku Nang Tunjungan diharapkan bisa mengembalikan citra Jalan Tunjungan sebagai salah satu destinasi wisata di Surabaya. Di kawasan ini, pengunjung bisa melihat bangunan-bangunan kuno yang bentuknya masih asli, seperti di kompleks pertokoan dan Hotel Majapahit yang menjadi lokasi perobekan bendera Belanda.
Trotoar selebar 8 meter dan kerlip lampu pada malam hari diyakini bisa membuat wisatawan di Jalan Tunjungan merasa nyaman. Mereka bisa berfoto dengan latar belakang ikon sejarah di Surabaya.
Kepala Dinas Pariwisata Kota Surabaya Widodo Suryantoro menambahkan, selain Jalan Tunjungan, Pemkot Surabaya juga berencana menghidupkan kembali kawasan sejarah di Surabaya, salah satunya di kawasan Kya-Kya Jalan Kembang Jepun. Kawasan tersebut saat ini mati suri saat malam.
Diah Arfianti, pelaku usaha kecil dan menengah, mengatakan, dirinya mendapat tempat promosi gratis untuk menawarkan kue dan nasi cingur dagangannya kepada pembeli.
Diah berharap, Pemkot Surabaya bisa memberikan jadwal rutin acara ini agar wisatawan bisa merencanakan kunjungan ke Surabaya. Jika ada jadwal rutin, misalnya awal atau akhir bulan, dia juga bisa mempersiapkan dagangannya lebih banyak.
Borobudur
Pengembangan wisata juga dilakukan di Borobudur, Jawa Tengah. Semua balai ekonomi desa (balkondes) yang ada di Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, kini dikembangkan menjadi obyek wisata kawasan. Antarbalkondes bersinergi untuk mendatangkan wisatawan ke kawasan Borobudur.
”Setiap balkondes harus saling mendukung dan melengkapi atau memenuhi kekurangan yang ada di balkondes lain,” ujar Jatmiko Budi Santoso, Manajer Balkondes dari PT Patra Jasa, Jumat (23/2) malam.
PT Patra Jasa adalah badan usaha milik negara (BUMN) yang ditunjuk oleh Kementerian BUMN untuk menjadi pengelola balkondes di Kecamatan Borobudur.
Dengan konsep wisata kawasan ini, nantinya akan dibentuk paket-paket wisata khusus, yakni setiap wisatawan yang datang akan sekaligus berwisata berkeliling ke banyak tujuan di sejumlah balkondes.
Menteri BUMN Rini Soemarno cukup puas dengan perkembangan desa dan balkondes yang telah dibangun oleh BUMN.
”Saya sangat senang karena beberapa desa mengatakan saat ini sudah mampu mendapatkan pemasukan dari kunjungan wisatawan lebih dari Rp 10 juta per bulan,” ujar Rini.
Dengan perkembangan yang sudah berjalan saat ini, dia pun berharap setiap desa juga semakin antusias untuk menggali potensinya masing-masing.
Dengan melihat contoh keberhasilan di Kecamatan Borobudur, Rini pun berencana untuk mengembangkan konsep balkondes di Sembalun di Lombok Timur dan kawasan Danau Toba di Sumatera Utara. (SYA/EGI)