DEMAK, KOMPAS — Petambak dan nelayan di pesisir utara Jawa Tengah didorong mengembangkan budidaya kepiting tambak bakau untuk meningkatkan perekonomian. Budidaya kepiting prospektif menjadi alternatif pendapatan warga pesisir seiring kian seringnya paceklik tangkapan ikan.
Dalam sebulan terakhir, harga kepiting di pasaran terbilang tinggi, yakni berkisar Rp 115.000 per kilogram (kg)-Rp 150.000 per kg. ”Dalam sebulan terakhir, kepiting sedang naik daun. Bagi petambak, adanya panen kepiting setidaknya bisa mencukupi kebutuhan rumah tangga hanya dari menjual kepiting,” ujar Kamsuri (49), petambak juga pengepul kepiting di Desa Gemulak, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Jumat (23/2).
Setiap hari, petambak setidaknya bisa panen kepiting 10 kg-25 kg. Tidak hanya budidaya, kepiting tangkap juga sedang panen raya. Dua pekan terakhir, para nelayan bisa memperoleh tangkapan kepiting dari perairan laut Jawa dengan rata-rata hasil minimal 30 kilogram. Hasil tangkapan biasanya dijual ke pengepul.
Kamsuri mengaku, setiap hari bisa mengirim kemasan kepiting untuk pesanan pasar di Jakarta, Surabaya, dan Semarang. Untuk pasar Jakarta dan Surabaya, dia sehari bisa mengirim 60 kuintal hingga 2 ton selama panen raya Februari-April.
Kepiting hasil sortiran, karena bobotnya masih ringan, biasanya dipelihara hingga dua pekan terlebih dulu untuk mencapai ukuran yang dikehendaki pasar. Nelayan di Kendal, Selamet (45), mengatakan, pihaknya kadang mendatangkan bibit kepiting dari tambak bakau di Demak. Kepiting cepat berkembang biak apabila kawasan pesisir masih terpelihara hutan bakaunya.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah Lalu M Syafriadi mengemukakan, pasar kepiting terbesar Jateng adalah Jakarta, Denpasar, dan Batam. Bahkan sebagian juga diekspor ke Jepang melalui pihak ketiga di Jakarta.
Pasar domestik untuk kepiting di Jateng, pada 2017 juga tumbuh sekitar 45 persen dibandingkan 2016. Saat ini, pasar kepiting dari Jateng mencapai Rp 273 juta. Dengan pasar yang terus meningkat, budidaya kepiting pilihan menguntungkan untuk mencegah kemerosotan ekonomi nelayan selama paceklik. Menurut Lalu, budidaya kepiting dua tahun terakhir berkembang pesat di Semarang, Demak, Kendal, dan Brebes.