BANDAR BARU, KOMPAS – Sedikitnya 2.381 keluarga di lima desa di Kecamatan Tamiang Hulu, Kabupaten Aceh Tamiang, Provinsi Aceh kesulitan memperoleh air bersih. Kekeringan yang melanda kawasan itu membuat sumur warga mengering. Saat ini warga hanya mengandalkan air dari bantuan pemerintah.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Tamiang Samsul dihubungi, Kamis (22/2), mengatakan, lima desa yang mengalami krisis air bersih adalah Desa Wono Sari, Harum Sari, Bandar Setia, Perkebunan Pulau Tiga, dan Jambo Rambong. Semuanya di Kecamatan Tamiang Hulu.
Kekeringan terjadi karena intensitas hujan menurun yang kemudian berdampak pada keringnya sumur warga. Akibatnya, warga kesulitan mendapatkan air bersih untuk mandi, minum, dan kebutuhan lainnya. Kondisi ini telah berlangsung selama sebulan, dan semakin parah sepekan terakhir. Selain sumur warga, sungai-sungai kecil juga ikut mengering.
BPBD dan PDAM Aceh Tamiang telah memberikan bantuan air bersih bagi warga. Air diangkut dengan mobil tangki. Namun pasokan air belum maksimal karena pihaknya kekurangan tandon air. “Seharusnya air ditampung di tandon, nanti warga yang mendistribusikan, sehingga mobil tangki bisa bolak balik tanpa menunggu pembagian selesai,” kata Samsul.
Karena tidak ada tandon air, pembagian air dibatasi. Setiap keluarga hanya mendapat dua jeriken air ukuran 25 liter. Sebagian warga, kata Samsul, menambah kekurangan air dari alur-alur sungai kecil di perkebunan.
Kepala Desa Bandar Setia Jamaluddin mengatakan, kekeringan sebenarnya mulai melanda dua bulan lalu. Untuk mendapatkan air mandi, warga pergi ke kebun-kebun di sekitar desa dengan jarak 2 hingga 5 kilometer. Sedangkan air yang disuplai oleh pemerintah digunakan untuk konsumsi.
Menurut Jamaluddin, kekeringan sudah sering terjadi di desanya terutama saat musim kering. Saat musim hujan sumur warga terisi air. Secara geografis desa berada di daratan yang lebih tinggi dibandingkan desa lain. Sementara mata air di kawasan itu sangat minim. Meskipun sumur bor dibangun, penggalian jarang memperoleh air.
Jamaluddin berharap pemerintah segera menyambung pipa air perusahaan air minum daerah ke rumah-rumah warga agar krisis air tertangani. “Kami lelah dengan kondisi seperti ini. Kami sangat berharap pipa PDAM segera dipasang ke rumah-rumah,” ujar Jamaluddin.
Menurut Direktur Walhi Aceh Muhammad Nur, kekeringan di Aceh Tamiang dipicu oleh berkurangnya tutupan hutan akibat alihfungsi hutan menjadi perkebunan sawit. Sekitar 45 persen luas Aceh Tamiang merupakan perkebunan sawit.
Selain itu pengrusakan hutan di kawasan hulu Aceh Tamiang yakni di Gayo Lues turut memicu terganggunya ketersediaan air bawah tanah. Sehingga, saat musim hujan ketersediaan air melimpah dan saat kemarau kekeringan mendera.
Bupati Aceh Tamiang Mursil menuturkan, krisis air bersih di kawasan Tamiang Hulu sudah sering namun tidak ditangani tuntas. Mursil berjanji segera menyambung pipa ke rumah-rumah warga untuk memenuhi kebutuhan air bersih warga. “Pemasangan pipa ke rumah warga di desa-desa yang selama ini krisis air, tahun ini tuntas,” janji Mursil.