Luas Panen di Purworejo Masih Kurang dari Lima Persen
Oleh
Regina Rukmorini
·2 menit baca
PURWOREJO, KOMPAS -- Luas panen padi di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, saat ini masih minim, kurang dari lima persen dari total luas tanam sekitar 29.600 hektar. Kendatipun demikian, Kabupaten Purworejo memastikan tidak perlu mendapatkan tambahan pasokan beras dari daerah lain, termasuk dari beras impor.
“Sementara ini, Kabupaten Purworejo masih bisa mencukupi kebutuhan beras sendiri dengan memakai hasil panen petani dari musim panen sebelumnya,” ujar Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian, Peternakan, Kelautan, dan Perikanan Kabupaten Purworejo, Eko Anang Sofyan W, Selasa (20/2).
Hasil panen yang bisa dipakai untuk memenuhi kebutuhan beras saat ini adalah panen Juli hingga September, yang sebelumnya sempat disimpan oleh petani.
Saat ini, luasan panen yang masih kurang dari 1.000 hektar tersebut hanya terjadi di lokasi-lokasi tertentu di Kecamatan Purwodadi dan Ngombol. Luasan panen ini diperkirakan akan terus bertambah dan mencapai puncaknya pada Maret mendatang.
Panen padi saat ini juga sudah berlangsung di Kabupaten Temanggung. Suroso, salah seorang pengelola penggilingan padi di Desa Kedungumpul, Kecamatan Kandangan, mengatakan, jika sebelumnya dirinya banyak menerima dan menggiling gabah yang dipasok dari Kabupaten Magelang, maka sejak dua minggu lalu, dia mulai menerima pasokan gabah dari berbagai wilayah di Kabupaten Temanggung.
Seiring dengan itu, harga gabah dan beras pun mulai beranjak turun. Harga gabah dari petani yang sebelumnya mencapai Rp 5.200-Rp 5.300 per kilogram (kg), kini berangsur turun menjadi Rp 5.000 per kg. Harga beras yang sebelumnya mencapai Rp 12.000-Rp 12.500 per kg, saat ini pun juga sudah turun menjadi Rp 11.700-Rp 11.800 per kg.
Selain karena ada panen di wilayah Kabupaten Temanggung, penurunan harga diprediksi terjadi karena maraknya panen di berbagai daerah lain di Jawa Tengah.
“Saya menduga penurunan harga terjadi karena beras hasil panen dari Kabupaten Purworejo dan Sragen, juga banyak beredar di pasar-pasar di Kabupaten Temanggung,” ujarnya.
Luluk, salah seorang pedagang di Pasar Kliwon, Kabupaten Temanggung, mengatakan, sekitar sebulan terakhir, harga beras sudah berangsur turun.
“Saat ini, saya sudah tidak lagi menjual beras dengan harga Rp 13.000 per kg. Karena harga beras dari tingkat pengepul sudah beranjak turun, maka, saat ini, beras pun saya jual dengan harga Rp 12.000-Rp 12.500 per kg,” ujarnya. Beras yanng dijualnya adalah beras hasil panen dari sejumlah kecamatan di Kabupaten Temanggung.