Nelayan Terkendala Cuaca
CIREBON, KOMPAS — Gelombang tinggi dan angin kencang di perairan Cirebon, Jawa Barat, dalam sebulan terakhir, memaksa para nelayan tidak melaut. Kondisi itu diprediksi berlangsung hingga Februari ini.
Selasa (6/2), sebanyak 76 kapal ukuran 30 gros ton (GT) hanya bersandar di Pelabuhan Perikanan Nusantara Kejawanan, Kota Cirebon. Pekan lalu, jumlah kapal yang bersandar 71 unit. Padahal, saat kondisi normal, kapal yang berlabuh hanya sekitar 20 unit.
”Nelayan memilih tidak melaut karena cuaca buruk. Gelombang bisa sampai setinggi 4 meter. Jadi, kami mengimbau pemilik kapal agar tidak melaut. Imbauan itu dilakukan setiap hari,” ujar Syahbandar Pelabuhan Perikanan Nusantara Kejawanan Jajang Hartono. Informasi cuaca didapat dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika.
Menurut Jajang, sejumlah kapal juga terpaksa bersandar di pulau terdekat. Akibatnya, hasil tangkapan nelayan anjlok. ”Sekarang paling lima kapal yang membongkar muatannya setiap pekan. Padahal, Juli hingga September, per hari, bisa lima kapal yang membongkar,” ujar Jajang.
Nelayan yang tidak melaut juga terpantau di perairan Bonder, Kecamatan Gunung Jati. Sekitar 100 perahu berukuran 5 GT hingga 11 GT hanya terparkir di muara. Perahu yang tidak melaut umumnya perahu penangkap ikan teri.
”Ini paceklik bagi kami. Kalau- pun memaksakan melaut, pendapatan tak sebanding dengan modal dan risikonya. Seperti biasa, nelayan berutang lagi,” ujar Suwana (55), seorang nelayan.
Menurut dia, jika melaut saat ini, hasil tangkapan paling banyak 2 kuintal ikan teri atau bernilai Rp 2 juta. ”Itu bagi kami tak kembali modal. Anak buah kapal cuma dapat uang rokok. Padahal, kalau cuaca normal, bisa dapat 7 kuintal ikan teri,” ujarnya yang juga pemilik kapal 11 GT.
Prakirawan BMKG Jatiwangi, Ahmad Faa Iziyn, mengimbau nelayan agar waspada saat melaut. Kini, menurut dia, angin di perairan Cirebon mencapai 35 kilometer per jam atau 20 knot. ”Padahal, kalau normal, hanya sekitar 10 knot. Cuaca buruk ini diprediksi berlangsung hingga Februari ini,” ujarnya.
Gelombang tinggi di Kalsel
Cuaca ekstrem juga melanda Kalimantan Selatan hingga beberapa hari ke depan. Sejumlah wilayah berpotensi hujan sedang hingga lebat disertai petir dan angin kencang. Di perairan selatan Kalsel, yakni Laut Jawa bagian timur, ada potensi gelombang tinggi 3,5 meter.
Aji Setiawan, prakirawan BMKG Stasiun Meteorologi Kelas II Syamsudin Noor, di Banjarbaru, menyampaikan, hujan sedang hingga lebat disertai petir dan angin kencang serta gelombang tinggi mungkin terjadi di Kalsel pada 6-8 Februari. ”Hingga dua hari ke depan, kondisi itu harus diwaspadai,” ujarnya.
Pada 6 Februari, Stasiun Meteorologi Kelas II Syamsudin Noor menerbitkan peringatan dini waspada potensi hujan sedang hingga lebat disertai kilat/petir dan angin kencang di wilayah Kota Banjarmasin, Banjarbaru, Kabupaten Barito Kuala, Banjar, Tapin, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Selatan, dan Tanah Laut.
Menurut Aji, tingginya potensi hujan di Kalsel dipengaruhi tekanan udara rendah di daerah Filipina. Kondisi itu memicu pertumbuhan awan hujan di wilayah Kalsel secara signifikan. ”Curah hujan yang tinggi itu bisa memunculkan genangan atau banjir di daerah yang resapannya kurang baik,” katanya.
Dari Padang dilaporkan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) terus menangani banjir di Kota Padang. Penanganan di hilir sungai- sungai yang mengalir ke Padang telah dilakukan dan akan berlanjut hingga di hulunya.
Pejabat Pembuat Komitmen Sungai dan Pantai 2 Balai Wilayah Sungai Sumatera V Kementerian PUPR Nur Imam mengatakan, pembangunan Sabo Dam Batang Kuranji guna pengendalian banjir telah diselesaikan pada Desember 2017.
Pembangunan Sabo Dam Batang Kuranji berlangsung selama dua tahun. Bangunan itu juga didirikan untuk mengatasi sedimentasi, karena limpahan Sungai Batang Kuranji.
Dana pembangunan sebesar Rp 238,44 miliar berasal dari APBN tahun 2015-2017. ”Itu bangunan di bagian tengah Sungai Batang Kuranji. Sekarang, kami sedang membangun fasilitas serupa di sisi hulu, dengan biaya sebesar Rp 178 miliar,” kata Imam. (JUM/BAY/IKI)