Harga Bawang Putih Merangkak Naik
SURABAYA, KOMPAS — Harga bawang putih di Surabaya, Jawa Timur, terus naik Rp 1.000-Rp 2.000 per kilogram per hari sejak empat hari terakhir. Kenaikan harga tersebut dipicu kelangkaan bawang putih di pasaran.
Berdasarkan pantauan Kompas di Pasar Wonokromo dan Pasar Genteng, Surabaya, harga bawang putih berkisar Rp 26.000 hingga Rp 30.000 per kg. Padahal, kata Tami (58), pedagang di Pasar Wonokromo, Kamis (1/2), harga bawang putih hanya sebesar Rp 20.000 per kg. Namun, sejak hari itu, harga terus naik Rp 1.000 hingga Rp 2.000 per kg.
Kenaikan harga ini, kata Tami, disebabkan stok di tingkat distributor mulai langka. Pasokan bawang impor dari China, India, dan Vietnam yang biasanya membanjiri pasar tradisional berkurang jumlahnya. Tidak ada lagi kiriman bawang putih impor karena pemerintah belum menerbitkan izin impor. Sementara bawang putih lokal sudah amat sulit didapatkan.
Jika biasanya ia membeli bawang putih sebanyak 20 kg tiap hari dari pedagang distributor, saat ini hanya kebagian sekitar 15 kg per hari. Bawang putih tersebut merupakan sisa dari impor tahun lalu yang masih tersisa di gudang-gudang.
”Jika keran impor belum dibuka, bisa dipastikan harga akan terus naik setiap hari,” ujar Tami.
Jamila (38), pedagang di Pasar Genteng, mengatakan, kenaikan harga sudah terjadi di tingkat distributor. Mau tidak mau, harga di pasar tradisional juga naik karena harga pembelian sudah tinggi. Ia berharap tidak ada distributor yang menimbun bawang putih untuk dikeluarkan di saat harga kian melambung. ”Masyarakat jadi mengurangi pembelian, Bulog harus segera melakukan operasi pasar agar harga bawang putih kembali normal sebelum terus mengalami kenaikan,” katanya.
Menurut Kepala Perum Bulog Divisi Regional Jatim Muhammad Hasyim, stok bawang putih sedang kosong sehingga tak bisa dilakukan operasi pasar. Adapun pada bulan lalu, stok di Gudang Bulog Jatim sudah didistribusikan ke daerah lain yang kekurangan, seperti Nusa Tenggara Timur dan Maluku. ”Saya akan berkoordinasi dengan Bulog pusat karena sampai saat ini belum ada impor bawang putih yang dilakukan Bulog. Kami akan coba mencari bawang putih lokal jika masih ada panen,” katanya.
Harga bawang merah jatuh
Sementara hingga sekarang, petani bawang merah di Nganjuk dan Bojonegoro pasrah dengan kondisi anjloknya harga. Mereka tetap menjual hasil panen meski hanya dihargai Rp 5.000-Rp 7.000 per kg dari harga normal Rp 12.000 per kg.
Petani terpaksa melepas hasil panen karena petani butuh modal untuk segera menanam kembali bawang merah di lahan yang sudah disiapkan. ”Biaya produksi minimal Rp 10.000 per kg, sedangkan harga jual maksimal Rp 7.000 per kg. Masih rugi, tetapi tetap dijual untuk membiayai musim tanam,” kata Sutono, petani bawang merah di Kendalrejo, Kecamatan Bagor, Nganjuk.
Menurut Yono, petani bawang lainnya di Nganjuk, petani terpaksa menjual langsung hasil panen mereka meski harga jualnya di bawah Rp 8.000 per kg. Posisi petani saat ini sangat sulit karena jika hasil panen bawang merah ditahan, volume pasti turun, sementara harga belum tentu naik karena di pasar lokal juga mulai banyak bawang merah impor.(ETA/SYA)