BULELENG, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali, memperbanyak destinasi wisata tahun ini, dari semula 32 menjadi 86 destinasi. Penambahan ini bagian dari upaya agar wisatawan asing dan domestik tertarik berlibur ke Buleleng, salah satu destinasi di utara Bali.
Sejumlah obyek wisata dibenahi menjadi lebih menarik, termasuk memperbaiki sarana dan prasarana, terutama toilet, untuk kenyamanan pengunjung. Desa wisata juga terus dibangun dari 17 desa menjadi 31 desa.
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Buleleng Nyoman Sutrisna di Buleleng, Minggu (4/2), mengatakan, pengembangan obyek wisata menjadi bagian dari usaha memperkenalkan Bali bagian utara yang juga indah. "Selain itu, pemerintah juga mengusahakan agar warga lebih berdaya dengan potensi wisata daerah masing-masing," katanya.
Ia menambahkan, beberapa desa wisata terus berkembang dan makin dikenal, seperti Desa Pemuteran, Desa Munduk, dan Desa Sambangan. Sejumlah desa lain mulai berbenah. Tahun ini, pemerintah setempat menganggarkan perbaikan prasarana dengan DAK Rp 2,5 miliar.
Buleleng berjarak dari Denpasar ke arah utara sekitar 88 kilometer. Destinasi yang terkenal di antaranya Pantai Lovina dengan atraksi lumba-lumba.
Di Yogyakarta, tingkat hunian hotel di DI Yogyakarta pada awal 2018 menurun. Guna mengantisipasi penajaman penurunan itu, sejumlah agenda dan promosi pariwisata awal tahun diharapkan membuat tingkat kunjungan turis ke DIY stabil sebelum pertengahan tahun.
Ketua Badan Pimpinan Daerah PHRI DIY Istidjab Danunagoro mengatakan, seusai periode libur panjang akhir tahun, okupansi hotel kerap menurun. Peningkatan okupansi akan kembali terjadi di pertengahan tahun pada periode liburan sekolah.
"Setelah panen di akhir tahun, tingkat hunian saat ini mulai menurun rata-rata 30-35 persen, tapi itu masih normal. Tren ini tidak hanya terjadi di Yogyakarta, tapi juga umum terjadi di daerah-daerah wisata lain," ujarnya saat dihubungi, Sabtu.
Okupansi hotel berbintang di DIY periode libur akhir tahun rata-rata 90 persen. Saat itu, okupansi hotel di zona "ring" satu atau pusat Kota Yogyakarta mencapai 100 persen, sementara di "ring" dua atau kawasan Tugu Yogyakarta ke wilayah utara mencapai 95 persen. Adapun okupansi di zona "ring" tiga atau di luar ring road 80 persen.
Saat ini, lanjut Istidjab, tingkat hunian hotel berbintang rata-rata 60 persen. Bahkan, untuk beberapa hotel berbintang di zona "ring" tiga, okupansi berada di bawah 50 persen.
Ketua Badan Promosi Pariwisata Kota Yogyakarta (BP2KY) Fito Laksamana mengatakan, Januari-April adalah periode sepi wisatawan. Guna menjaga geliat pariwisata, digelar acara promosi dengan harga diskon untuk menarik minat wisatawan.
"Perlu acara-acara dan kegiatan promosi untuk memancing kedatangan wisatawan. Penawaran paket wisata murah dengan potongan harga hingga 60 persen diharapkan bisa meredam penurunan okupansi," ujarnya.
Pada 27 Januari, agen-agen perjalanan yang tergabung dalam sejumlah asosiasi pariwisata di DIY meluncurkan program Jogja Heboh. Melalui situs jogjaheboh.com wisatawan bisa menentukan pilihan sarana transportasi, lokasi menginap, hingga obyek wisata baru yang hendak dikunjungi dengan potongan harga hingga 60 persen.
"Dalam program Jogja Heboh itu sudah ada sekitar 50 hotel yang bergabung. Puluhan hotel itu bersedia memberikan paket promo bagi wisatawan. Maskapai perjalanan pun terlibat dalam promo perjalanan" ujar Fito.
Kepala Dinas Pariwisata DIY Aris Riyanta mengatakan, target kunjungan wisatawan ke DIY pada 2018 meningkat 10 persen dari realisasi jumlah kunjungan wisatawan 2017. Pemprov DIY akan menambah agenda pariwisata berskala nasional untuk mengejar target 5,2 juta wisatawan.