YOGYAKARTA, KOMPAS – Sejumlah arkeolog menilai upaya rekonstruksi bagian puncak stupa induk Candi Borobudur harus melalui kajian sejarah secara mendalam. Bila tidak ada bukti bentuk stupa induk candi saat ini berbeda dengan bentuk aslinya, pemugaran dianggap tidak diperlukan.
Sebelumnya Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mendukung rencana Balai Konservasi Borobudur untuk memindahkan chattra, strutktur batu tingkat tiga, yang saat ini berada di Musem Karmawibangga Borobudur ke puncak candi. Dalam beberapa dokumentasi kolonial Belanda, memang terdapat chattra pada puncak stupa induk Candi Borobudur.
Arkeolog yang juga Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, Mundarjito, menilai data pendukung keberadaan chattra di puncak stupa induk Candi Borobuduru masih minim. “Jangan sampai rekonstruksi stupa malah mengubah esensi Candi Borobudur sebagai situs warisan budaya,” katanya.
“Dalam etika pemugaran, jika tidak tahu secara persis bagaimana bentuk dan struktur bangunan, lebih baik pemugaran jangan dilakukan. Pemugaran itu harus berpatokan kembali pada otentisitas atau keaslian bentuk bangunan,” ujar Mundarjito pada forum diskusi pemasangan chattra pada stupa induk Candi Borobudur bersama arkeolog, Balai Konservasi Borobudur, dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, di Yogyakarta, Jumat (2/2).
Dalam etika pemugaran, jika tidak tahu secara persis bagaimana bentuk dan struktur bangunan, lebih baik pemugaran jangan dilakukan. Pemugaran itu harus berpatokan kembali pada otentisitas atau keaslian bentuk bangunan
Mundarjito yang tergabung dalam tim pemugaran Candi Borobudur periode 1973-1984 menyatakan bahwa integritas dan keaslian candi sebagai warisan dunia perlu dijaga. Pemindahan chattra ke puncak stupa induk hanya bisa dilakukan bila memang layak dan memenuhi prinsip pemugaran.
Reka ulang struktur chattra pada puncak stupa candi pernah dicoba pada pemugaran Candi Borobudur oleh pemerintah Hindia-Belanda di periode 1907-1911. Kala itu, arkeolog Belanda Theodoor van Erp, merekonstruksi berdasarakan analisanya terhadap kemungkinan blok batu di sekitar kompleks candi, merupakan bagian dari struktur chattra.
Namun struktur chattra tidak bertahan lama berada di puncak stupa induk Candi Borobudur. Struktur ini diturunkan juga pada periode rekonstruksi yang dipimpin van Erp, tanpa alasan yang jelas.
Kepala Balai Konservasi Borobudur Tri Hartono mengatakan permintaan pemasangan chattra di puncak Candi juga telah didukung oleh komunitas umat Buddha di Indonesia maupun mancanegara. Dalam ajaran Buddha, chattra adalah benda suci yang layak berada di puncak stupa induk.
Sebagai bangunan cagar budaya, lanjut Tri, Candi Borobudur dilindungi oleh Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang cagar budaya. Dalam pasal tersebut disebutkan setiap kegiatan pelestarian harus berdasarkan kajian, serta pemugaran hanya dapat dilakukan bila hasil kajian menunjukkan bangunan layak dipugar.
“Kalau hasil kajian menyatakan tidak bisa dipasang, kami tidak akan memaksakan. Jika kami tetap memaksakan pemugaran tanpa data ilmiah pendukung otomatis hukuman pidana akan mengancam,” kata Tri.
Belum pasti
Arkeolog Universita Gadjah Mada, Daud Aris Tanudirjo, mengatakan dalam sejumlah literasi Theodoor van Erp menyatakan bahwa dirinya tidak akan meletakkan struktur chattra di atas stupa induk Candi Borobudur. Pasalnya chattra yang ia susun dari sejumlah blok batu di sekitar candi belum pasti merupakan bagian dari Candi Borobudur.
“Hingga saat ini tidak ada catatan yang menjelaskan siapa pihak yang memasang dan melepas kembali chattra dari stupa induk Candi Borobudur. Namun jelas chattra kembali dilepas dari puncak stupa karena keberadaannya masih bersifat hipotesis,” kata Daud.
Chattra hasil rekonstruksi van Erp berbentuk payung yang terdiri atas 15 lapis batu. Dari 15 lapis batu penyusun chattra tersebut, tujuh di antaranya merupakan batuan lama dari periode pembangunan Candi Borobudur di abad ke-8 masehi, sementara tujuh lainnya merupakan tambalan batu baru.
Tri Hartono mengatakan kajian arkeologis terhadap chattra akan dilakukan sepanjang Februari hingga Maret. Jika hasil kajian menguatkan pemasangan chattra, maka ditargetkan peresmian pemasangan chattra pada stupa induk Candi Borobudur dilakukan pada Mei 2018.