Nikmat, Sajian Kopi Java Mocca dalam Kopi Tubruk
SALATIGA, KOMPAS — Ketekunan petani Dusun Sirap, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, mengembangkan tanaman kopi varian Java Mocca sehingga terkenal, harus menjadi kebanggaan.
Kopi verietas Java Mocca yang muncul dengan keunggulan geografis dan rasa khas mocca cukup lama tidak dikenal di daerah asalnya.
Sejak petani di kawasan Gunung Kelir, Jambu, membuka promosi hasil panen kopi, penggemar kopi di Tanah Air akhirnya menyadari bahwa Java Mocca yang mewangi di belantara internasional merupakan jerih payah petani rakyat di Sirap Jambu.
Pengelola Logos Caffe, Salatiga, Munadi, Rabu (31/1), menjelaskan, sebagai varian kopi yang merupakan kekayaan jenis kopi di Tanah Air, Java Mocca memang banyak dinikmati, tetapi tidak juga banyak yang tahu asal usulnya.
”Saat berkenalan dengan petani kopi di Dusun Sirap, Jambu, enam tahun silam, ketika merasakan pertama kali sajian kopi tubruk di Dusun Sirap, saya sudah menduga ini kopi yang asli dengan aroma Java Mocca yang kuat,” ujar Munadi, yang memiliki kafe kopi di tengah kebun di kawasan Klaseman, Salatiga.
Menurut Munadi, kopi varian Java Mocca sudah dikenal di kalangan penggemar kopi internasional. Berkat ketekunan dan kemauan kuat petani setempat, kopi itu kini benar-benar bisa dinikmati penggemar kopi di Tanah Air setelah mereka mampu menangani kopi hasil panen dengan penanganan yang profesional.
Dari segi rasa, Java Mocca selayaknya sudah sejajar dengan kopi asal Sumatera, seperti kopi Sidikalang, Lintang, ataupun Mandheling.
Kopi Mandheling memiliki kekuatan geografis di ketinggian lebih dari 1.500 meter di atas permukaan laut, begitu pula dengan kopi varian Java Mocca punya kelebihan geografis di kawasan pegunungan di lereng dua gunung besar, yakni Gunung Telomoyo dan Gunung Merbabu, di Jawa Tengah.
Di Logos Caffe, menurut Munadi, pihaknya menyediakan kopi salatiga, kopi temanggung, dan kopi gunung kelir dengan Java Mocca sebagai kopi khasnya, baik jenis arabika maupun robusta. Namun, khas penyajian kopi terus dipertahankan, yakni kopi tubruk.
Kopi tubruk itu kesannya tradisional, penggemarnya kebanyakan para penikmati kopi yang sudah sepuh, tidak muda lagi, padahal sejatinya, kopi tubruk adalah ikon penyajian minuman khas Indonesia yang menjadi pola penilaian rasa dan aroma kopi di dunia internasional.
Hampir semua jenis kopi di dunia, ketika akan dinilai oleh ahlinya, selalu disajikan sebagaimana kopi tubruk yang kerap diminum penggemar kopi sejak zaman dahulu hingga sekarang ini.
Pada kompetisi kopi, semua jenis kopi yang akan dinilai oleh para ahli semuanya tersaji pada tataran kopi tubruk. Penikmat kopi selayaknya boleh saja menikmati cappuccino, espresso, tapi jangan lupa kopi tubruk sama pula nikmatnya.
”Ketika ahli kopi mau memberi peringkat, penilaian atau menemukan keunggulan cita rasa kopi, selalu kopi terbaik tersaji dalam kopi tubruk. Mereka akan menilai aroma kopi dengan cara mencium bau aroma seduhan kopi yang sudah dituangi air panas, bisa juga dengan cara menyeruput. Ketika minuman kopi diseruput, tandanya saat kopi mengenai langit-langit, mulut dan area seputar hidung bisa menemukan cita rasa kopinya muncul,” ujar Munadi.
Kepala Dusun Sirap, Kabupaten Semarang, Ahmad Rofi’i mengatakan, pengolahan kopi dengan benar untuk menjadi kopi green bean yang sudah terbagi peringkatnya (grade) kini merangkak naik harganya.
Sebelumnya harga kopi khas Dusun Sirap untuk grade A Rp 25.000 per kilogram, tetapi kini sudah meningkat menjadi Rp 40.000 per kilogram.
Oleh karena itu, setelah mengembangkan usaha kafe untuk menjadikan Java Mocca sebagai kopi yang disukai oleh penggemar kopi regional, pihaknya tengah mengupayakan supaya kopi hasil panen petani bisa diekspor langsung oleh kelompok tani, tidak lagi melalui pihak ketiga.