Jangan Patahkan Gairah Petani
Wilayah persawahan di Gedongarum, termasuk yang menjadi lautan saat tanggul di Grape jebol pada akhir 2007 hingga awal 2008. Saat itu ribuan hektar sawah di Kanor diterjang luapan Bengawan Solo.
”Kalau pun tidak banjir, selama ini harga jual gabah panen selalu rendah,” kata Tamiran.
Petani hanya sesaat menikmati harga gabah kering panen (GKP) yang tinggi hingga Rp 5.800 per kilogram . Kini harus siap-siap gigit jari lagi dengan masuknya beras impor dan adanya panen raya hingga Maret. ”Saat ini saja harga mulai turun,” ujarnya.
Di Kanor, harga jual GKP saat ini Rp 5.000-Rp 5.200 per kilogram. Harga itu kemungkinan terus menurun hingga Juni. Hasil gabah pun biasanya diborong tengkulak. Sementara petani ketika membeli beras harganya melangit.
Di Bojonegoro saat ini, harga beras medium di pasar mencapai Rp 10.500-Rp 11.000 per kg, sedangkan kualitas premium Rp 11.600-Rp 12.900 per kg. Harga beras premium di penggilingan Rp 10.200, dan kualitas premium Rp 11.600 per kg.
Petani lainnya di Desa Temu, Wariman (62), mengaku belum sempat menikmati harga GKP Rp 5.800 per kg. Saat ini ia juga dipusingkan dengan hujan turun terus-menerus hingga menghambat pengeringan hasil panenan. Ia hanya mengandalkan panas matahari, padi yang sudah dirontokkan dijemur di atas terpal di halaman rumahnya.
Mereka berharap pemerintah tidak memaksakan mengimpor beras di tengah musim panen raya. Ia khawatir harga gabah di tingkat petani makin jeblok lagi. ”Petani niku mung sekedap seneng, nek senep mpun bolak-balik (Petani itu hanya sekejap senang, kalau nyeri perut, ya, berkali kali-Red),” katanya.
Mencukupi
Menurut Kepala Dinas Pertanian Bojonegoro Akhmad Djupari keluhan petani cukup beralasan. Di wilayah itu luas panen pada Desember-April mencapai 78.200 hektar. Total produksi gabah kering giling (GKG) sekitar 500.480 ton dengan produksi rata-rata 6,4 ton per ha.
Kebutuhan konsumsi 1,3 juta penduduk Bojonegoro hanya 11.488 ton beras per bulan. Potensi surplus beras cukup tinggi. Pada Januari, misalnya, 17.436 ton, Februari 114.301 ton, dan Maret surplus 78.845 ton. ”Kami dan para petani dengan tegas menolak rencana impor 500.000 ton beras oleh Kementerian Perdagangan,” ujar Djupari.
Bupati Bojonegoro Suyoto mengatakan, pada 2016 panenan GKG mencapai 1,038 juta ton. Meski cukup besar, tetapi perlu dilakukan sejumlah pembenahan. Misalnya, perbaikan sistem pengairan dan penanggulan Bengawan Solo di Kanor, dan sudetan Bengawan Solo di Plangwot-Sedayulawas Kabupaten Lamongan sehingga mempercepat aliran air ke laut. Itu semua membantu petani karena selama ini ribuan hektar di Kanor dan Baureno biasanya jadi langganan banjir.
”Pertanian di Bojonegoro juga bisa berhasil berkat perbaikan irigasi, pembagian alat pertanian oleh pemerintah pusat. Selain itu, didukung program 1.000 embung yang sudah terealiasi 500 lebih,” kata Suyoto.
Bojonegoro termasuk salah satu sentra produksi pangan di Jawa Timur. Di Jatim, produksi padi setahun setara dengan 8,7 ton beras. Setelah dikonsumsi 39 juta penduduk Jatim, masih surplus 5,1 juta ton beras. Kelebihan itu dipasok ke 15 provinsi lainnya. Sejak 2013 sudah dibuat pergub untuk tidak menerima impor. ”Jatim hanya untuk transit impor beras,” ujar Gubernur Jatim Soekarwo.
Potensi luas panen di Jatim pada Januari hingga Maret nanti mencapai 773.000 ha, dengan potensi produksi GKG sebanyak 4,538 juta ton setara dengan 2,945 ton beras. Konsumsi beras hanya 297.000 ton per bulan. Pada Februari di Jatim bakal surplus 663.00 ton, dan Maret surplus 1,4 juta ton.
Menurut Soekarwo, masalah perberasan bukan pada sisi produksi, tetapi tata niaga pangan. Hanya butuh manajemen stok di pergudangan dan sistem distribusi agar ditata lebih bagus. ”Gabah petani tidak terserap, karena harga di pasaran lebih tinggi dari harga pokok pembelian pemerintah,” ujarnya.
Itu sebabnya, Menteri Pertanian Amran Sulaiman optimistis Indonesia surplus beras. Hingga akhir Januari potensi panen raya mencapai 300.000 ha, sedangkan Februari sekitar 1,7 juta ha. ”Total panen 2 juta ha bisa menghasilkan beras 5 juta hingga 6 juta ton. Kebutuhan beras per bulan hanya 2,5 juta ton,” katanya.
Berdasarkan data di Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementan, secara nasional pada Januari bisa surplus 329.000 ton beras dari kebutuhan 2,5 juta ton, Februari surplus 2,93 juta ton beras. ”Secara produksi tak bermasalah. Semua panenan harus terserap Bulog,” katanya.
Menurut Amran, perubahan stretegi tanam bisa menghapuskan masalah paceklik. Dengan slogan tiada hari tanpa panen, tiada hari tanpa tanam, dan tiada hari tanpa olah tanah, dia meyakini tahun ini akan surplus beras. ”Jatim dan Bojonegoro kontribusinya sangat besar. Kalau melihat fakta empiris di lapangan banyak yang panen ini membanggakan,” katanya.
Wakil KSAD Letnan Jenderal Tatang Sulaiman mengatakan TNI mendukung penuh program kedaulatan pangan dari hulu hingga hilir, termasuk upaya menciptakan sawah baru hingga 200.000 ha. Bintara Pembina Desa mendampingi petani agar gabah terserap Bulog.
Ketua Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Syarkawi Rauf menyatakan, KPPU bersama Satgas Pangan akan mengawal agar distribusi beras dari petani hingga ke sentra konsumen tidak ada gangguan. Kepala Bareskrim Polri Ari Dono Sukmanto berkomitmen agar masyarakat tidak dirugikan terkait pengadaan dan distribusi pangan.