Cerita Warga soal ”Sumur Ajaib” di Bojonegoro

Seorang pengunjung diguyur dengan air dari ”sumur ajaib” yang ada di tengah sawah di Desa Jatiblimbing, Kecamatan Dander, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, Jumat (19/1). Air itu diyakini bisa menjadi obat. Bahkan, warga dari sejumlah daerah pun membawa pulang air dari sumur itu dengan dibatasi maksimal dua botol kemasan berukuran 1,5 liter untuk dibawa pulang dan diminum.
BOJONEGORO, KOMPAS — Hafizatun Nadzifah yang akrab disapa Fiza (5), Jumat (19/1), dimandikan dengan air sumur di tengah sawah Dusun Ngembet, Desa Jatiblimbing, Kecamatan Dander, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Bocah itu mengalami hambatan bicara dan motorik.
Ibunya, Latifah (44), warga Balen, Kabupaten Bojonegoro, menuturkan, anaknya sudah diupayakan menjalani pengobatan secara medis dan terapi alternatif lainnya. Akan tetapi, hingga saat ini belum ada perkembangan signifikan.
”Saya berharap, siapa tahu dibawa ke sini bisa ada mukjizat. Kakaknya normal, kok, sekarang sudah SMA,” kata ibu dua anak itu.
Sementara itu, Paidi (52), warga Sidodadi, Kecamatan Sukosewu, selama tiga pekan terakhir sudah empat kali mencoba mencari kesembuhan dari air sumur itu. Pertama kali datang, ia harus dibopong karena komplikasi diabetes dan kolesterol.
Saat kedatangan keempat, ia sudah bisa jalan sendiri meskipun membawa tongkat kayu. Ia merasa lebih enteng. Ia pun tidak keberatan diguyuri air sumur itu lagi. Saat pulang, ia pun masih membawa air dari sumur yang diwadahi jeriken untuk diminum di rumah.
”Sekarang dibatasi, setara dua botol bekas minuman kemasan (setara dengan 3.000 mililiter),” kata Paidi yang ditemani istrinya, Namirah.
Informasi air sumur ajaib yang beredar lewat media sosial dan televisi itu pun membuat orang luar daerah ingin mencobanya. Bahkan, mereka rela antre sebelum pengelola sumur ajaib ”Mustiko Sari” itu membuka layanan.
Hartanto (54), warga Gunung Kidul, Yogyakarta, bahkan datang secara khusus ke lokasi tersebut diantar istri dan anaknya. Dia menderita komplikasi diabetes, gangguan asam lambung, kolesterol, dan sesak napas.
Ia mengatakan sudah menderita sakit bertahun-tahun dan berobat ke mana-mana, tetapi tidak ada perkembangan membaik terkait kondisi kesehatannya. Jumat siang itu, ia pun mendapatkan antrean awal, 217. Ia duduk di bawah gubuk beratap terpal, tempat sumur yang dikabarkan ajaib itu ada. Ia diguyur langsung oleh pengelola sumur, Mujianto (35).
”Saya sudah berobat ke mana-mana. Siapa tahu ini bisa cocok. Saya tahunya pas lihat televisi. Lalu, langsung minta diantar anak dan istri,” ujar Hartanto, yang baru pertama kali ke sumur ajaib itu.
Sumur tersebut saat ini dikelola tiga bersaudara, Mujianto, Supardi, dan Hasyim. Lokasi sumur berada di area persawahan milik Mujianto. Setiap hari pengunjung yang datang mencapai 500 orang.

Sejumlah warga harus antre untuk mendapatkan air ”sumur ajaib” di Dusun Ngembet, Desa Jatiblimbing, Kecamatan Dander, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur Jumat (19/1).
Mereka harus mendapatkan nomor antrean untuk membawa pulang dua botol air dari sumur itu atau diguyur di lokasi. Warga dari sejumlah daerah, termasuk Nganjuk, Ngawi, Tuban, Gresik, dan Lamongan (Jawa Timur), Blora dan Rembang (Jawa Tengah), serta Gunung Kidul (Yogyakarta), berdatangan. Mereka berharap mendapatkan kesembuhan dengan mandi atau minum air sumur ”Mustiko Sari” tersebut.
”Kalau sakitnya ringan, hanya cukup meminum air dari kendi yang kami sediakan, lalu membawa pulang secukupnya untuk diminum. Kalau sakitnya parah, kami guyur dari air yang kami timba langsung dari sumur,” ucap Mujianto.
Keberadaan sumur mendatangkan penghasilan bagi tiga bersaudara Mujianto, Supardi, dan Hasyim. Pasien yang datang memasukkan uang seikhlasnya ke kotak amal yang disediakan. Warga yang membuka warung di tengah sawah untuk jualan makanan dan minuman juga ketiban berkah.
Kalau sakitnya parah, kami guyur dari air yang kami timba langsung dari sumur.
Selain itu, rumah-rumah warga sekitar 700 meter dari lokasi juga dijadikan area parkir dadakan. Setiap sepeda motor ditarik Rp 2.000, sedangkan mobil Rp 5.000. Warga setempat juga menjual bekas botol air minum kemasan ukuran 1.500 mililiter seharga Rp 2.000 bagi pengunjung yang tidak membawa wadah air.

Spanduk ”sumur ajaib” di Bojonegoro, Jawa Timur. Dari lokasi spanduk itu, pengunjung yang ingin mendapatkan air harus berjalan sekitar 700 meter menyusuri pematang sawah.
Berawal dari mimpi
Keberadaan sumur ajaib itu bermula dari wangsit (bisikan gaib) yang dialami mertua Mujianto bernama Sukiran (70), warga Gempol, Kecamatan Dander, sekitar Agustus tahun lalu. Ia bermimpi mendapatkan cupu (tempat air) dan diminta mencari sumber air.
Akhirnya, pada September lalu, mulai digali sumur di tengah sawah. Menurut mimpi Sukiran, sumur ajaib itu sebenarnya kembar, satu sumur lanang (laki-laki) dan satu lagi sumur wedok (perempuan). Satu titik sumur itu masih dicari titik sumber airnya.
Sukiran dikenal sebagai paranormal. Ia sering tirakat. Ia memperoleh wangsit mendapatkan cupu dan diminta mencarikan sumur. Intinya, manusia itu dari air (mengandung unsur air) dan bisa disembuhkan juga dari air.

Sejumlah warga mengguyur dan membasuh dengan air dari sumur di tengah persawahan di Desa Jatiblimbing, Kecamatan Dander, Kabupaten Bojonegoro, Jumat (19/1). Air itu dianggap ajaib dan bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit.
Setelah mendapatkan isyarat lewat mimpi, ia pun meminta tukang gali untuk mencari titik sumber di tengah sawah. Saat digali hingga 10 meter, air tidak keluar dan tanahnya kering. Namun, saat ditinggal, air di dalam sumur penuh. Oleh karena itu, air sumur itu diberi nama sumur ajaib Mustiko Sari. Warga lain dilarang melongok ke sumur karena dikhawatirkan airnya surut.
Awalnya, khasiat air sumur itu dicoba untuk mengobati tetangga Sukiran yang mengalami lumpuh. Setelah dimandikan dengan air sumur dan meminumnya, tetangga itu bisa berjalan normal. Informasi itu pun beredar dari mulut ke mulut, hingga akhirnya khasiat air sumur itu menyebar ke dunia maya lewat media sosial, termasuk Youtube.
Testimoni Sarni, salah seorang pasien, yang susah berjalan menjadi bumbu yang semakin mengundang warga lain. ”Biasanya habis diguyur atau minum air ada efek panas dan tidak bisa tidur, tetapi setelah itu penyakitnya akan luntur,” ucap Mujianto.
Pujiono (53), warga Dander yang terkena asam urat pun mencoba peruntungan kesembuhan dari sumur ajaib itu. Air sumur itu dipercaya bisa mengobati berbagai macam penyakit.
Keberadaan sumur itu makin terkenal setelah testimoni sejumlah warga bahwa ada tanda-tanda kondisinya membaik setelah mandi atau minum air sumur itu. Warga pun berduyun meminta air sumur itu kepada pemilik sumur. Kandungan air itu berbau mirip belerang dan aroma tanah lumpur.

Warga meminum air dari sumur di tengah persawahan di Desa Jatiblimbing, Kecamatan Dander, Kabupaten Bojonegoro, Jumat (19/1). Air itu dianggap ajaib dan bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit. Pemerintah perlu memberikan layanan kesehatan yang memadai dan terjangkau agar masyarakat tidak berkali-kali mengupayakan kesembuhan yang belum teruji secara klinis, medis, dan laboratorius.
Hal-hal mistis dan klenik pun menjadi bumbu keberadaan sumur itu. Menurut Hasyim, salah seorang pengelola, jika sumur itu dilihat warga selain Mujianto, Hasyim, Supardi, dan keluarganya, air akan surut dengan sendirinya. ”Tetapi, jika tidak dilihat warga lainnya, akan kembali lagi,” ujar Hasyim.
Menurut dia, itulah alasan kenapa area sumur dibuatkan gubuk berukuran sekitar 3 meter x 4 meter dan beratap terbal, dilengkapi area untuk mengguyur pasien. Selain itu, pada pematang di area masuk dibuatkan pagar dari bambu. Calon pasien pun dibuatkan nomor urut antrean. Mereka yang ingin mendapatkan ”air suci” itu dilayani pukul 06.00-11.00 dan pukul 13.00-16.00.
Dikhawatirkan air residu bahan kimia dari pupuk ataupun pestisida pembasmi hama masuk ke air sumur yang justru membahayakan kesehatan warga.

Sejumlah warga menunggu mendapatkan jatah air dari ”sumur ajaib” di Desa Jatiblimbing, Kecamatan Dander, Kabupaten Bojonegoro, Jumat (19/1). Warga dari sejumlah daerah berdatangan karena meyakini air itu bisa menyembuhkan berbagai penyakit.
Hingga saat ini, belum ada uji laboratorium dari Badan Lingkungan Hidup ataupun Dinas Kesehatan Bojonegoro terkait kandungan air sumur itu. Dikhawatirkan air residu bahan kimia dari pupuk ataupun pestisida pembasmi hama masuk ke air sumur yang justru membahayakan kesehatan warga.
Majelis Ulama Indonesia Bojonegoro juga belum memberikan pernyataan terkait warga yang berduyun-duyun ke lokasi. ”Upaya mencari kesembuhan dikhawatirkan mengarah ke hal-hal syirik (menyekutukan Tuhan),” kata Ririn (27), warga Bojonegoro, yang melihat langsung proses terapi yang dijalani sejumlah pasien.
Femonena ini mengingatkan pada fenomena batu petir milik Ponari, dukun cilik di Jombang pada 2009. Saat itu, ribuan orang berdatangan, berharap kesembuhan setelah batu yang dimiliki Ponari dicelupkan ke air yang dibawa warga. Adapun fenomena sumur ajaib di Bojonegoro ini juga pernah terjadi di Bangkalan, Pekalongan, dan Sragen.