Pengakuan Wali Kota Mataram Menendang Anggota Satpol PP
Oleh
Khaerul Anwar
·2 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Wali Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, Ahyar Abduh mengatakan, aksinya menendang tiga anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kota Mataram adalah bagian dari proses seremoni, tidak bermaksud melukai. Aksi itu bahkan dilakukan atas permintaan Bayu Pancawati, Kepala Satpol PP Kota Mataram.
”Saya diminta secara spontan untuk tes fisik anggota. Saya bilang, oh begitu, maka dengan sendirinya saya lakukan (menendang),” ujar Ahyar dalam jumpa pers hari Jumat (26/1) di Mataram, Lombok. Menurut Ahyar, aksi itu terjadi saat acara pelantikan Bayu Pancawati sebagai Kepala Satpol PP, Rabu (17/1), di halaman Kantor Wali Kota Mataram.
Setelah menyerahkan tongkat komando kepada Bayu, yang kemudian memintanya uji kesigapan atau tes fisik para anggota Satpol PP, Ahyar melayangkan tendangan dan pukulan kepada tiga anggota Satpol PP yang berdiri di baris terdepan.
Saat kejadian, hampir semua peserta yang hadir dalam acara pelantikan itu tertawa, termasuk tiga anggota Satpol PP yang dites fisiknya. Mereka malah kaget melihat Wali Kota melakukan hal itu. Ahyar menegaskan, tendangan dan pukulan itu hanya bagian dari proses seremoni, atraksi, bukan bermaksud melukai dan dilakukan tidak dengan kekuatan maksimal.
Yang kena itu perut (anggota satpol PP), itu saya ukur. Kalau saya full kekuatan, mungkin yang bersangkutan pingsan. Tapi para anggota satpol PP sudah terlatih, siap fisik dan mentalnya.
”Yang kena itu perut (anggota satpol PP), itu saya ukur. Kalau saya full kekuatan, mungkin yang bersangkutan pingsan. Tapi para anggota satpol PP sudah terlatih, siap fisik dan mentalnya,” ujar Ahyar yang mengaku seorang pesilat dan pernah menjuarai salah satu olahraga bela diri itu.
Namun, Ahyar mengatakan, tidak menyangka tendangannya berujung pada polemik. Selain menjadi viral melalui media sosial, juga menjadi pembicaraan di Provinsi NTB dan seluruh Indonesia. ”Saya juga kaget, kok, bisa menjadi multitafsir, apa-apaan kok wali kota sewenang-wenang kepada bawahannya. Lillahi taala tidak ada seperti itu (sewenang-wenang),” ungkap Ahyar.
Kepala Satpol PP Kota Mataram Bayu Pancawati mengaku menyesal meminta Wali Kota melakukan tes fisik kepada anggotanya karena menimbulkan kesan negatif kepada Wali Kota. ”Padahal, itu acara tradisi Satpol PP yang sebenarnya tidak untuk dipublikasikan. Itu di luar dugaan saya,” kata Bayu.
Bayu mengatakan, Wali Kota melakukan tes fisik atas permintaan anggota Satpol PP, dan aksi Wali Kota tidak seperti tergambar dalam foto-foto yang beredar di medsos. ”Kesannya tendangan beliau (Wali Kota) kena muka, padahal tidak kena,” ungkapnya.
Kesiapan fisik menjadi syarat bagi anggota Satpol PP dalam menjalankan tugas di lapangan. ”Kalau anggota saya lemah (fisik) saat kegiatan lapangan, malah dia (anggota) yang digotong. Kami butuh anggota yang fisiknya bagus,” kata Bayu.