Lestarikan Tradisi, Pemprov NTT Gelar Festival Permainan Tradisional
Oleh
Kornelis Kewa Ama
·2 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Pemprov Nusa Tenggara Timur segera menggelar festival permainan tradisional yang tersebar di 22 kabupaten/kota di Nusa Tenggara Timur. Saat ini, sebagian besar permainan tradisional mulai punah.
Permainan-permainan tersebut merupakan warisan leluhur, memiliki nilai gotong royong, kejujuran, dan sikap saling menghormati. Permainan tradisional memiliki kaitan dengan cerita rakyat di daerah asalnya.
Dengan adanya festival tersebut, anak-anak diharapkan tetap mewarisi tradisi-tradisi lokal, peninggalkan leluhur, sebagai bagian dari identitas budaya daerah Nusa Tenggara Timur (NTT).
Kepala Dinas Kebudayaan NTT Sinun Petrus Manuk di Kupang, Rabu (24/1), mengatakan, sebagian besar permainan tradisional di NTT sudah punah dan dilupakan masyarakat. Permainan modern yang ditampilkan melalui layar komputer, laptop, dan telepon genggam sampai ke desa-desa, sebagai salah satu penyebab kepunahan permainan tradisional.
”Untuk menghadirkan kembali permainan tradisional itu, kami menggelar festival permainan tradisional 10-15 Februari 2018, melibatkan 22 kabupaten/kota. Tidak hanya anak-anak, orang dewasa pun diperbolehkan. Jenis permainan yang dikenal luas di beberapa kabupaten, didorong untuk disosialisasikan ke sekolah-sekolah,” kata Manuk.
Ia mengatakan, permainan tradisional di kalangan suku Lamaholot (Flores Timur daratan, Adonara, Solor, Lembata, dan Alor) sangat banyak. Sampai tahun 1980, permainan tradisional tidak hanya melibatkan anak-anak, tetapi juga orang dewasa.
Beberapa permainan tradisional suku Lamaholot yang terancam punah adalah kote, keso, silang, kelong, gaweau, sengge, matamoron, dan keomata. Permainan-permainan ini sebagian diperagakan secara kelompok, tetapi ada pula perseorangan. Satu-satunya permainan tradisional yang masih bertahan adalah lompat tali, tetapi itu pun tidak begitu gencar diperagakan seperti tahun 1980.
Semua jenis permainan memiliki nilai gotong royong, persaudaraan, pengorbanan, kesabaran, kejujuran, tanggung jawab, saling membantu, dan menghormati.
Budayawan NTT Pastor Gregorius Neonbasu mengatakan, sarana dan prasarana serta bentuk permainan berhubungan dengan filosofi hidup masyarakat setempat. Sebuah permainan tidak lahir begitu saja, tetapi memiliki sejarah atau legenda khusus, bahkan ada yang sangat unik.
”Sangat disayangkan kalau tradisi-tradisi lokal punah begitu saja ditelan kemajuan teknologi dan informasi. Pemerintah dan lembaga-lembaga kebudayaan hadir untuk merawat dan melestarikan kebudayaan lokal seperti permainan tradisional itu,” kata Neonbasu.
Ia mengusulkan agar setiap permainan tradisional sebaiknya dibukukan oleh Dinas Kebudayaan sehingga tidak dilupakan. Permainan tradisioanl bagian dari nilai budaya dan sejarah suatu bangsa.
Di beberapa tempat, permainan tradisional memiliki kaitan dengan cerita rakyat tertentu. Ini sangat menarik untuk diperagakan secara bersamaan, yakni cerita rakyat dan permainan trandisional. Keduanya memiliki nilai budaya dan sejarah yang kuat tentang suku itu.