TANJUNG SELOR, KOMPAS — Satu penumpang speedboat (perahu cepat) yang terbalik di perairan wilayah Bulungan, Kalimantan Utara, M Fikri (7), ditemukan tewas, Rabu (3/1). Total korban tewas dipastikan 9 penumpang. Pengusaha didesak mengubah desain perahu cepat dan memperketat manifes penumpang.
Fikri, ditemukan mengambang di perairan Tanjung Buka, Rabu siang, sekitar 15 kilometer dari lokasi terbaliknya perahu cepat Anugrah Express. ”Operasi pencarian ditutup,” ujar Gusti Anwar M, Kepala Basarnas Balikpapan. Penumpang lain yang tewas adalah Mirno, M Al Hasbi, Arjuna, Aying, Velisya, Ahmad, Yuliana, dan Natasya. Kapal dikabarkan membawa 51 penumpang.
Kepala Polres Bulungan AKB Muhammad Fachry menelusuri dugaan kelalaian. Sejumlah saksi dan korban menyebut perahu cepat rute Tanjung Selor-Tarakan (Kaltara) ini menghantam potongan kayu, sebelum oleng dan terbalik, Senin pagi. ”Kami yakin tidak hanya faktor itu. Kami cari siapa yang paling bertanggung jawab terkait simpang siur manifes penumpang hingga aspek keselamatan yang mungkin diabaikan,” katanya.
Rabu siang, digelar pertemuan antara Pemprov Kaltara dengan sejumlah pihak, termasuk para pengusaha perahu cepat. Kepala Dinas Perhubungan Kaltara Topan mengimbau pengusaha mengubah desain perahu cepat reguler yang melayani sejumlah rute di Kaltara. ”Dalam beberapa kecelakaan speedboat, masih ada keluhan soal tiadanya pintu darurat di kabin yang mengarah ke atas. Atap speedboat jadi tempat menumpuk barang yang sering sangat banyak dan berat,” katanya.
Pengusaha diminta menambah pintu darurat di atap, dan mengupayakan agar barang-barang bisa ditaruh di bawah. Hal itu memang akan mengubah bentuk dan letak kursi penumpang, serta menelan biaya cukup mahal.
”Ini demi keselamatan, memudahkan penumpang menyelamatkan diri. Jika speedboat terbalik, penumpang di kabin bisa terperangkap, susah keluar lewat jendela,” ujar Topan.
Hal lain yang dibahas agar pencatatan manifes dilakukan sesuai identitas penumpang. Kru perahu cepat diusulkan berseragam dan dilengkapi tanda pengenal.
Di sisi lain, kesadaran mengenakan jaket pelampung juga amat rendah. Hampir semua penumpang Anugrah Express saat diselamatkan tidak mengenakan jaket pelampung. Hal itu dibenarkan Ajat, warga Tanjung Selor, Bulungan.
Ajat mengaku tidak pernah bisa tidur di perahu cepat karena merasa kurang aman. Mengenakan jaket pelampung dirasa tidak nyaman karena kondisinya sering basah dan berbau, robek atau talinya rusak. Apalagi penumpang duduk berdesakan.
Perahu cepat rute Tanjung Selor-Tarakan yang dikemudikan Amir terbalik sekitar 200 meter dari titik berangkat, Pelabuhan Kayan 2, Tanjung Selor. Saat itu, cuaca dilaporkan cerah.
Sementara itu, seorang wisatawan ditemukan tewas di perairan Pantai Bira, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, Rabu. Wisatawan bernama Hugo (30) asal Jakarta ini tenggelam saat menyelam di sekitar Pulau Kambing, salah satu lokasi favorit menyelam di kawasan Pantai Bira.
Kepala Humas Kantor Search and Rescue (SAR) Makassar Hamsidar, Rabu sore, mengatakan, korban ditemukan meninggal pada pukul 14.30 Wita. Diduga korban terseret arus kuat di bawah laut saat menyelam. Tiga temannya dan satu pendamping selamat. Penyelaman dilakukan di kedalaman sekitar 20 meter. (PRA/REN)