Moses Wader, koordinator petani di Jayapura, Selasa (2/1), mengatakan, tepung singkong genyem telah menembus pasar AS sejak tahun 2014. Komoditas ini ditanam di lahan seluas 550 hektar di Kabupaten Sarmi, Keerom, dan Jayapura.
”Tepung singkong genyem terlebih dahulu dikirim ke lembaga National Cooperative Business Association (NCBA) asal Amerika Serikat di Klaten, Jawa Tengah, untuk diuji kelayakannya. Setelah itu, barulah NCBA mengirim ke negaranya untuk dijadikan produk obat-obatan dan kosmetik,” kata Moses.
Gerakan penanaman singkong khas Kabupaten Jayapura di tiga daerah itu berawal dari bantuan bibit yang diberikan NCBA Perwakilan Papua pada 2013. Sebanyak 350 petani di Kabupaten Jayapura, 250 petani di Sarmi, dan 100 petani di Keerom mendapat bantuan bibit singkong genyem.
”Dalam setahun petani bisa panen tiga kali. Setiap kali panen, petani bisa menghasilkan 10 ton singkong per hektar,” kata Moses yang juga supervisor NCBA Perwakilan Papua. Hasil panen singkong diparut dan dijemur hingga kadar airnya tersisa 10 persen atau dikenal pula dengan istilah gaplek. ”NCBA membeli singkong gaplek itu Rp 2.250 per kilogram,” ujar Moses.
Penghasilan
Yafet Bano, petani singkong genyem di Kabupaten Jayapura, mengaku sangat bersyukur atas bantuan bibit dan pemasaran dari NCBA selama empat tahun ini. Dari aktivitas ekonomi itu, petani singkong bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan membayar biaya sekolah anak tanpa harus menunggu bantuan dari pemerintah. ”Saya bisa mendapatkan penghasilan hingga Rp 7 juta setiap kali panen,” ucap Yafet.
Peneliti dan ahli gizi dari Universitas Cenderawasih, I Made Budi, mengatakan, pemanfaatan komoditas berbahan singkong yang tersebar di daerah pesisir hingga pegunungan Papua belum optimal. Hal itu disebabkan minimnya upaya diversifikasi dan riset dari pemerintah daerah setempat.
Padahal, singkong dapat menghasilkan sejumlah produk bernilai tambah tinggi, seperti beras analog sebagai solusi pangan alternatif, obat-obatan, hingga produk kecantikan. ”Saya sedang mengembangkan produk makanan ringan berbahan dasar singkong genyem tanpa menggunakan bahan pengawet, yakni lanting. Produk itu bernama kasava Papua,” ujar penemu obat herbal buah merah Papua ini. (FLO)