Mengembalikan Sungai sebagai Wajah Pontianak
Terletak di tepi Sungai Kapuas, Kota Pontianak, Kalimantan Barat, menjadikan Alun-alun Kapuas sebagai destinasi wisata. Pembenahan itu dilakukan sejak 2015 dan diharapkan mengembalikan sungai sebagai wajah kota itu.
Joni (30), warga setempat, bersama rekannya, Fery (20), sedang menikmati makan siang sembari duduk di bawah pohon rindang di Alun-alun Kapuas, Jumat (24/11). Joni mengaku sering ke lokasi itu saat makan siang dengan membawa bekal. Terkadang sore hari bersama keluarga untuk bersantai. ”Suasananya lebih nyaman sekarang karena lebih tertata,” ujar Joni.
Hal serupa juga diakui Ferry. Ferry mengatakan, menyaksikan Sungai Kapuas dari pinggir sambil melihat kapal-kapal yang melintas merupakan sesuatu pemandangan yang menarik. Di kala sore, kapal-kapal pengangkut barang melintasi Sungai Kapuas.
Di tengah alun-alun berdiri taman dengan berbagai pepohonan yang rindang. Di bawah pohon tersedia kursi untuk bersantai. Jalur-jalur untuk melintasi taman juga ditata dengan bebatuan sehingga memberikan nuansa alam yang kental.
Alun-alun Kapuas kini menjadi tempat yang tenang. Sebelum ditata, alun-alun itu semrawut karena sering menjadi tempat pedagang kaki lima berjualan, jauh dari suasana tenang dan tertib, terutama pada malam hari.
Dalam taman itu juga tersedia perpustakaan yang dibangun pada 2016. Perpustakaan itu dilengkapi penyejuk ruangan (AC) sehingga pengunjung bisa betah di dalamnya.
Kapal wisata
Di Alun-alun Kapuas juga tersedia dermaga bagi kapal wisata. Kapal itu khusus mengangkut wisatawan menyusuri Sungai Kapuas. Saat ini terdapat 15 kapal wisata yang disiapkan.
”Satu kapal bisa membawa 120 penumpang. Biayanya Rp 15.000 per penumpang. Kami membawa pengunjung menyusuri Sungai Kapuas selama 40 menit. Jam operasional kapal pukul 15.00 hingga 21.00. Kalau hari libur biasanya pagi sudah beroperasi,” kata Amat (40), salah satu pemilik kapal wisata.
Kapal wisata ini adalah kapal kayu berbobot 48 GT. Di dalamnya tersedia kantin dan restoran. Wisatawan bisa menyantap makanan sambil menyusuri sungai.
Jika hari biasa, pengunjung yang naik kapal biasanya sedikit kecuali jika ada yang memesan khusus. Namun, pada akhir pekan, banyak yang memanfaatkan jasa ini.
Alun-alun Kapuas juga menjadi ruang interaksi masyarakat. Di sana, sering menjadi tempat berbagai kegiatan yang menyatukan masyarakat. Berbagai inisiatif masyarakat sering muncul untuk memupuk persatuan di tengah kemajemukan di Kota Pontianak.
Sebagai contoh, pada Mei lalu, Komunitas Bahasa Isyarat mengadakan kegiatan permainan dan menyanyikan lagu ”Indonesia Pusaka” di Alun-alun Kapuas. Kegiatan tersebut sebagai bentuk membangun keakraban antarwarga.
Melalui kegiatan bermain dan bernyanyi bersama, menunjukkan bahwa keberagaman itu sesuatu yang indah. Warga yang ikut bermain tidak hanya dari Komunitas Bahasa Isyarat, tetapi juga pengunjung Taman Alun-alun Kapuas lainnya dari berbagai latar belakang.
Kegiatan tersebut sebagai bentuk respons terhadap masalah kebinekaan di Indonesia saat ini. Melalui permainan tersebut, mengembalikan sesuatu yang hilang, yakni budaya berkomunikasi secara langsung tanpa membedakan latar belakang.
Sejak kolonial
Sejarawan Pontianak, Syafaruddin Usman, mengatakan, Alun-alun Kapuas memang sudah menjadi daya tarik sejak zaman kolonial. Posisinya strategis di tepi Sungai Kapuas membuat alun-alun tersebut menjadi tempat pertunjukan berbagai seni, mulai dari dansa hingga pementasan drama. ”Hal-hal baik seperti itu seharusnya dihidupkan dan dilestarikan,” ujarnya.
Wali Kota Pontianak Sutarmidji mengatakan, tujuan Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak membenahi Alun-alun Kapuas agar menjadi ruang bagi masyarakat dalam berinteraksi. ”Apalagi, masyarakat Pontianak beragam. Dengan adanya taman, masyarakat saling mengenal dan tidak ada yang eksklusif,” kata Sutarmidji.
Anak-anak pun bisa tumbuh dengan baik dengan adanya ruang-ruang publik yang baik bagi masyarakat. Rasa kepedulian mereka diharapkan bisa tumbuh seiring waktu dengan adanya interaksi yang baik antarwarga.
Dengan penataan tepian Sungai Kapuas, Pemkot Pontianak juga ingin mengembalikan sungai sebagai wajah Pontianak. Sungai jangan menjadi tempat membuang sampah atau halaman belakang rumah, tetapi hendaknya dipandang sebagai sebuah potensi ekonomi jika ditata dengan baik karena memiliki daya tarik. Bahkan, di tepi sungai diharapkan menjadi ruang-ruang tumbuhnya kreativitas generasi muda.
Sutarmidji menuturkan, penataan tepian Sungai Kapuas terus dilakukan. Jalur untuk
joging dari Alun-alun Kapuas ke Jembatan Kapuas 1 sejauh 3 kilometer sedang dibangun. Diharapkan nanti semakin memperindah tepian Sungai Kapuas.
Penataan juga dilakukan pada sisi lainnya sehingga masyarakat bisa menikmati pemandangan Sungai Kapuas sambil berolahraga. Ditargetkan tahun 2018, penataan tepian Sungai Kapuas akan selesai.
Untuk itu, masyarakat diajak bersama-sama menjaga keindahan dan kebersihan taman. Masyarakat juga perlu membangun disiplin diri dan hendaknya ada rasa memiliki terhadap taman yang sudah dibangun. Sungai Kapuas adalah urat nadi sehingga harus terjaga dan terlindungi. (EMANUEL EDI SAPUTRA)