Semangat Toleransi yang Terawat di Kampung Dian Permai
Kentalnya politik identitas dan isu suku, agama, ras, dan antargolongan yang sempat mengemuka pada masa Pilkada DKI Jakarta 2016, bahkan eskalasi yang mengarah pada benih-benih perpecahan, kondisi itu tak sampai berpengaruh dan merusak jalinan toleransi, rasa saling menghormati dan melindungi di lingkungan perumahan Dian Permai.
Hingga pengujung tahun 2017, masyarakat di perumahan di kawasan Babakan, Kecamatan Babakan Ciparay, Kota Bandung, Jawa Barat, yang sudah ditetapkan oleh Pemerintah Kota Bandung sebagai Kampung Toleransi sejak tahun 2015 itu tetap hidup rukun walaupun warganya sangat beragam berasal dari berbagai latar belakang baik suku, ataupun agama.
Hingga pengujung tahun 2017, masyarakat di perumahan di kawasan Babakan, Kecamatan Babakan Ciparay, Kota Bandung, Jawa Barat, yang sudah ditetapkan oleh Pemerintah Kota Bandung sebagai Kampung Toleransi sejak tahun 2015 itu tetap hidup rukun.
Warga di situ ada dari etnis Jawa, Sunda, hingga Tionghoa dengan beragam keyakinan, Islam, Kristen, Katolik, Hindu, hingga Buddha.
Situasi di Balai RW 012 di perumahan tersebut yang semula ramai oleh warga makin sepi, Jumat (22/12), pukul 11.00. Warga yang datang memeriksakan anaknya ke posyandu saat itu satu demi satu sudah pulang ke rumah mereka.
Namun, ibu-ibu petugas posyandu dari beberapa RT masih tetap tinggal di dalam balai, beberapa di antaranya menikmati makan siang yang sudah disiapkan warga setempat secara gotong royong. Mereka berkumpul dalam satu meja sambil mengobrol dengan sesekali diwarnai canda tawa.
”Bagaimana kalau tampil nanti dengan lagu bahasa Sunda, biar unik. Nanti cari lagu yang gampang dan mudah dihafal saja,” kata Lani Selfiani (55), Bendahara RW 012 dari pemeluk agama Kristen.
Usulan Lani itu pun diterima oleh kalangan ibu-ibu yang lain. Direncanakan ibu-ibu di kampung itu akan mempersembahkan sebuah lagu dalam acara perayaan Natal tanggal 6 Januari 2018 di kampung tersebut.
Lantaran masih ada yang bingung, ibu-ibu, terutama dari kalangan Muslim, ada yang menanyakan, apakah dalam penampilan nanti bisa menggunakan gaya atau tidak. Mereka sangat antusias untuk memeriahkan acara itu.
Lani merasakan hubungan antarwarga di perumahan Dian Permai secara emosional sangat dekat.
Kami di sini sangat akrab walau agama berbeda dan biasa mengobrol ceplas-ceplos, tapi tidak ada yang tersinggung karena sudah saling mengenal dengan baik. Malah karena saking dekatnya, kalau ada yang pergi beberapa waktu kami merasa kehilangan.
”Kami di sini sangat akrab walau agama berbeda dan biasa mengobrol ceplas-ceplos, tapi tidak ada yang tersinggung karena sudah saling mengenal dengan baik. Malah karena saking dekatnya, kalau ada yang pergi beberapa waktu kami merasa kehilangan,” ujar Lani.
Leonard Lomi (62) selaku Sekretaris RW 012 yang beragama Katolik mengungkapkan, walaupun warga di kampung itu amat beragam tapi sangat kompak. ”Seperti kegiatan posyandu ini, walaupun bukan petugas, warga yang lain juga datang ke sini untuk membantu,” ucap Leonard.
Ketua RW 012 Kelurahan Babakan Yuyu Rahayu (62) yang beragama Islam menuturkan, di lingkungan perumahan sekitar 800 jiwa itu terdiri atas 6 RT, yang terbagi 4 RT umumnya tinggal warga dari kalangan non-Muslim, sedangkan pada 2 RT lainnya mayoritas Muslim.
Di kawsan itu terdapat tiga rumah ibadah yang letaknya berdekatan. Masjid Al Amanah Sumber Sari berdampingan dengan Gereja Katolik Gandarusa dan Yayasan Buddha Cakrawala Dharma Indonesia.
”Dalam suasana Natal dan libur Tahun Baru seperti saat ini, warga yang berlibur ke luar kota sebagian besar dari kalangan non-Muslim. Warga yang beragama Islam turut menjaga dan mengawasi rumah yang ditinggal penghuninya lewat ronda keliling kampung,” ujar Yuyu.
Menyumbang sapi
Tradisi positif lainnya, warga non-Muslim biasa menyumbang pada hari raya Idul Adha, sebagaimana tahun ini mereka menyumbang 4 sapi. Warga satu sama lain juga saling mengingatkan agar setiap orang taat dalam menjalankan ibadahnya.
Menurut Yuyu, budaya saling menghormati dan mengingatkan ibadah sudah biasa dilakukan warga di sini. Seperti saat subuh, warga dari Katolik atau Kristen malah sering mengingatkan lewat Whatsapp agar yang Muslim shalat Subuh.
Namun, dalam kehidupan bermasyarakat di perumahan Dian Permai itu bukan tiada tantangan. Provokator dari luar juga ada yang mencoba menyusup untuk memecah belah.
Namun, dalam kehidupan bermasyarakat di perumahan Dian Permai itu bukan tiada tantangan. Provokator dari luar juga ada yang mencoba menyusup untuk memecah belah.
”Waktu ramai pilkada DKI sempat ada provokator, tukang ’kipas angin’ dan ’kompor’ yang mau memecah belah. Tetapi karena masyarakat di sini sangat erat dan terbuka satu sama lain sehingga tak mudah dihasut. Kekuatan toleransi dan kebersamaan di sini sudah terbukti dan dampaknya sangat positif. Kami dapat menjalankan ibadah dengan tenang dan nyaman,” kata Yuyu.
Suami Yuyu, Endan Suhendar (64), berharap, semangat kerukunan dan toleransi di kampung itu tetap dijaga dengan baik. ’Kami juga berharap tahun 2018, toleransi dan kebersamaan di sini semakin kokoh juga bisa menular ke daerah yang lain di Indonesia,” ujar Endan.
Keunikan Kampung Toleransi Dian Permai itu juga membuat penasaran hingga Uskup Bandung Mgr Antonius Subianto Bunjamin OSC berkunjung ke perumahan tersebut, tanggal 21 Desember.
”Saya ingin melihat lebih dekat bagaimana warga di kampung ini meski berbeda dalam agama, suku, ras, ataupun golongan, mereka bisa hidup rukun dan bersatu,” kata Subianto.
Sungguh indah jika kampung-kampung toleransi seperti ini dapat menyebar semakin banyak ke daerah yang lain dan semakin memperkuat Bandung juara dalam bidang kemanusiaan di tengah keberagaman.
Subianto berharap semangat toleransi dan kebinekaan di lingkungan perumahan Dian Permai pada tahun 2018 semakin kuat.
”Sungguh indah jika kampung-kampung toleransi seperti ini dapat menyebar semakin banyak ke daerah yang lain dan semakin memperkuat Bandung juara dalam bidang kemanusiaan di tengah keberagaman. Semua elemen masyarakat perlu menjadi promotor dan aktor perdamaian untuk mewujudkannya,” ujar Subianto.
Wali Kota Bandung Ridwan Kamil berharap ke depan semangat toleransi jangan hanya hadir di kampung-kampung toleransi, tetapi dapat tumbuh pada ruang atau aspek yang lain.
”Semangat toleransi telah melahirkan kedamaian. Oleh karena itu harus dijaga karena di sejumlah negara hancur akibat perang, seperti Irak, Suriah, Yaman, dan Palestina. Damai di negara itu menjadi barang yang sangat mahal,” kata Ridwan.
Ridwan juga mendorong toleransi dan kebersamaan terus diperkuat di kalangan masyarakat dengan menumbuhkan budaya dialog, terutama terhadap hal-hal yang sensitif dan berbeda.
Jika seseorang tidak dapat bersaudara dalam iman, bersaudaralah dalam kemanusiaan. Selain itu, jangan suka mencari perbedaan dalam kebersamaan, tetapi carilah persamaan dalam keberbedaan.
”Jika seseorang tidak dapat bersaudara dalam iman, bersaudaralah dalam kemanusiaan. Selain itu, jangan suka mencari perbedaan dalam kebersamaan, tetapi carilah persamaan dalam keberbedaan,” ujar Ridwan.
Sejumlah petugas posyandu telah beranjak pulang ketika azan shalat Jumat akan berkumandang. Endan pun hendak ke masjid berpamitan pada Yuyu yang masih tinggal di balai. Meski kegiatan posyandu hari itu telah berhenti, api semangat toleransi di Kampung Toleransi itu tak pernah mati….