Sumut Masih Krisis Gas
MEDAN, KOMPAS — Pabrik-pabrik di Sumatera Utara belum mendapatkan pasokan gas yang memadai meskipun sebelumnya sudah dijanjikan akan normal pada Jumat (29/12). Banyak pabrik yang sudah siap-siap meningkatkan kapasitas produksi, tetapi urung karena pasokan tidak kunjung normal.
”Awalnya kami sangat senang ketika dijanjikan pasokan gas akan normal pada Jumat setelah krisis selama 25 hari. Ternyata di lapangan belum ada perubahan. Tekanan gas di pabrik masih 0,5-1 bar, jauh di bawah kebutuhan untuk berproduksi, yakni sekitar 6 bar,” kata Ketua Asosiasi Perusahaan Pengguna Gas Sumut Johan Brien.
Johan mengatakan, pabrik pengguna gas sangat menyesalkan krisis gas yang berkepanjangan karena kerugian industri setiap hari terus membengkak. Pabrik harus beralih ke solar meskipun harus menambah biaya bahan bakar lebih dari 50 persen. Beberapa perusahaan mengurangi produksi untuk menghemat biaya. Ada pula yang berhenti beroperasi menunggu pasokan gas normal kembali.
Pihaknya berharap PT Perusahaan Gas Negara (PGN) yang merupakan distributor dan mengikat kontrak dengan pengusaha mencari solusi jangka pendek. Solusi paling cepat meregasifikasi gas alam cair milik PT Perusahaan Listrik Negara sesuai kebutuhan di Sumut.
Pada Kamis, di Jakarta, Ketua Komite II Dewan Perwakilan Daerah Parlindungan Purba rapat dengan Presiden Direktur PT Pertamina Gas Suko Hartono, Sekretaris Perusahaan PT PGN Heri Yusuf, serta Direktur Teknik dan Operasi PT Perta Arun Gas (PAG) Budiyana. Hadir juga perwakilan PT Kawasan Industri Medan, Direktorat Jenderal Migas, dan perusahaan pengguna gas. Mereka sepakat akan menormalkan kembali pasokan gas ke Sumut, Jumat, (Kompas, 29/12).
Belum ada tambahan
Kepala Penjualan Area Medan PT PGN Saiful Hadi mengatakan, belum ada tambahan pasokan gas di Sumatera Utara hingga Jumat pukul 20.00. Mereka hanya mendapat gas sekitar 6 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD), jauh di bawah kebutuhan yang 12,5-13 MMSCFD. ”Informasi yang kami terima, pasokan tambahan akan masuk Jumat malam. Kami masih terus menunggu,” kata Saiful.
Anjloknya pasokan gas di Sumut akibat ada pemeliharaan dan perbaikan kilang gas di Aceh. Gas di Sumut dipasok dari lapangan produksi PT Pertamina Hulu Energi (PHE) North Sumatra Offshore (NSO) dan PT PHE North Sumatra B (NSB) yang diturunkan kadar sulfurnya oleh PT PAG.
Manajer Media dan Relasi PT PHE Ifki Sukarya mengatakan, hingga Jumat, PHE NSO hanya bisa memasok gas maksimum 50 MMSCFD atau tidak sampai setengah dari kapasitas produksi, yakni 120-140 MMSCFD. Ini karena jumlah methyl diethanolamine (MDEA) di unit yang dioperasikan PAG sudah berada di bawah kadar minimum. MDEA berguna untuk menurunkan kadar sulfur.
Selain dari NSO, mereka juga memproduksi gas dari NSB sekitar 48 MMSCFD. Selain dialirkan ke Sumut, gas lapangan dari NSO dan NSB itu juga digunakan oleh PT Pupuk Iskandar Muda. (NSA)