Menuju Bandung Rp 19.000
Bandung adalah salah satu kota favorit bagi warga Jakarta untuk melewati pergantian tahun. Namun, menuju ke kota ini di musim liburan panjang tidak akan mudah. Tiket kereta api dan travel nyaris ludes, jalan tol terancam macet. Beruntung ada alternatif menuju ke kota itu, bahkan cukup dengan Rp 19.000.
Saya sempat ragu ketika mendengar informasi bahwa Jakarta-Bandung dapat ditempuh melalui moda kereta komuter (KRL) Jabodetabek. Tarifnya sangat murah, Rp 19.000.
Apa iya menuju Bandung bisa semurah harga seporsi pecel lele di Ibu Kota? Sudah begitu, tidak perlu memesan tiket lebih dulu. Supaya tidak penasaran, Minggu (24/12), saya mencoba moda alternatif menuju Bandung ini.
Perjalanan saya dimulai di Stasiun Palmerah, Jakarta Barat, pukul 08.00. Kebetulan, stasiun ini mudah dijangkau dengan berjalan kaki dari kantor di Palmerah Selatan. Saya lalu menaiki salah satu KRL—moda transportasi andalan di Ibu Kota untuk menghindari kemacetan—menuju Tanah Abang.
Di Stasiun Tanah Abang, saya berganti kereta jurusan Bogor agar bisa turun di Stasiun Manggarai. Tidak seperti hari biasanya, suasana di stasiun itu sangat lengang. Suara kicauan burung pun terdengar lantang.
Dari Manggarai, saya kembali berpindah peron untuk menumpang kereta tujuan Bekasi. KRL yang dinanti ini cukup lama tiba. Waktu berlalu, penumpang pun menumpuk di peron.
Setelah 40 menit menanti, kereta pun tiba dan mengantarkan saya ke Bekasi. Begitu pintu KRL dibuka, saya disambut lautan manusia di Stasiun Bekasi. Waktu di jam tangan menunjukkan pukul 09.37. Nyaris tidak ada celah di peron. Penumpang yang hendak turun dan naik kereta saling beradu, terlihat terburu-buru seolah tak sabar ingin berlibur.
Waktu luang saya lebih panjang. Itu membuat saya lebih sabar menanti, hingga 30 menit, sebelum naik ke KRL berikutnya, yaitu tujuan Stasiun Cikarang. Di KRL itu, saya harus berdiri sambil berjejal di antara sesaknya penumpang. Inilah KRL terakhir yang saya tumpangi pada perjalanan Minggu itu.
Pukul 11.00, saya tiba di Stasiun Cikarang. Saya langsung menuju loket untuk membeli tiket KA Walahar Express tujuan Purwakarta. Harga tiket hanya Rp 6.000. Entah karena murah, kereta ini molor dari jadwal yang ditentukan, yaitu pukul 12.08.
Sambil menanti kereta tiba, saya beristirahat di depan loket. Dari depan stasiun terdengar sayup-sayup suara klakson mobil saling bersahutan. Rupanya, jalan di depan stasiun itu macet, imbas kepadatan di Tol Jakarta-Cikampek. Ya, hari itu, warga Jakarta memenuhi jalan tol itu untuk berpelesir ke luar kota, salah satunya Bandung.
Saya pun enggan membayangkan stresnya terjebak kemacetan di jalan tol jika mengendarai mobil pribadi. Enggan larut dalam lamunan, saya lantas menyapa seorang calon penumpang. Namanya Vina Wardani (23), backpacker asal Bekasi yang hendak menuju Subang.
Bertukar cerita
Dari sapaan itu, Vina bercerita soal hobinya melancong menggunakan kereta. Selain murah, juga memperkaya wawasan dan pengalamannya. Di kereta, ia bertemu banyak orang dan saling bertukar cerita. Perjalanannya, meski panjang, menjadi selalu menarik. Tidak pernah membosankan.
”Tak masalah waktu tempuhnya lebih lama. Cerita dan pengalaman selama perjalanan jauh lebih berharga,” ujarnya.
Dan, benar saja, perjalanan lama dari Cikarang ke Purwakarta lalu disambung ke arah Bandung menjadi tidak terasa. Meski sempat berdesak-desakan ditambah gerahnya udara di kereta, saya dapat menikmati perjalanan ini. Pemandangan sawah, sungai, rimbun pepohonan, dan kesejukan Waduk Jatiluhur bak oase bagi warga dari ”belantara beton” Jakarta seperti saya ini.
Banyak yang didapat dari perjalanan ini, selain belajar bahasa Sunda dari para penumpang yang saya temui. Jika senggang, Anda bisa mampir ke Bale Panyawangan, Purwakarta, untuk melihat koleksi benda-benda bersejarah. Lokasinya tepat di seberang Stasiun Purwakarta. Selain itu, ada juga ”kuburan” kereta berisi tumpukan kereta tua di seberang rel. Sungguh pemandangan luar biasa yang sulit ditemui di Tol Jakarta-Cikampek-Bandung.
Tak terasa, seusai berganti kereta di stasiun pada pukul 14.30, saya akhirnya tiba di Stasiun Bandung tepat saat maghrib. Sepuluh jam waktu perjalanan ditempuh dari Jakarta ke Bandung. Masih tersisa Rp 1.000 dari lembar Rp 20.000 yang dikeluarkan untuk tiket.
Peluh dan lelah masih terasa. Namun, itu sebanding dengan pengalaman yang luar biasa. (DD10)