PACITAN, KOMPAS — Banjir dan longsor yang menerjang 12 kecamatan, atau seluruh kecamatan di Kabupaten Pacitan, membawa tantangan besar dalam penanganan dan rehabilitasi. Salah satunya, mengatasi kerusakan lebih dari 6.600 rumah.
Banjir dan tanah longsor di Pacitan, Jawa Timur, terjadi akhir November lalu, tepatnya pada Selasa (28/11). Bencana tersebut dipicu badai tropis Cempaka di Samudra Hindia, kurang dari 30 kilometer di selatan kabupaten di barat daya Jatim itu. Tercatat 6 orang tewas akibat banjir dan 19 tewas tertimbun tanah longsor. Bencana itu memaksa lebih dari 16.000 jiwa warga mengungsi.
Banjir dan tanah longsor juga melumpuhkan jaringan listrik dan telekomunikasi. Selain itu, menimbun jalan raya di lebih dari 100 lokasi. Tak pelak, aktivitas transportasi warga dari sejumlah kota, seperti Wonogiri, Trenggalek, dan Ponorogo menuju Pacitan, terganggu.
Tanggul di sejumlah lokasi jebol akibat banjir. Kawasan di sekitar tanggul jebol porak poranda, dan hingga Sabtu (23/12) menyisakan endapan lumpur.
Sesuai pantauan Kompas, hingga Sabtu siang, atau hampir sebulan sejak banjir dan tanah longsor terjadi, penanganan bencana belum memulihkan aktivitas masyarakat Pacitan.
Tanah longsor masih terjadi, salah satunya dilaporkan pada Kamis lalu jelang pukul 21.00 di Madekan, Jetis Kidul, Kecamatan Arjosari, yang merusak 11 rumah, tanpa korban jiwa. Sekitar 700 keluarga, atau kurang dari 3.000 jiwa warga Arjosari, Pacitan, Kebonagung, dan Nawangan, masih mengungsi di rumah-rumah kerabat.
Tim terpadu yang didukung Kodam V Brawijaya, memperbaiki atau membangun kembali 440 rumah rusak di Pacitan, Arjosari, dan Kebonagung. Sampai Sabtu kemarin, penanganan terhadap 440 rumah rusak (target rehabilitasi tahap pertama), telah menyentuh 307 rumah (70 persen). Tim punya waktu sampai 20 Januari 2018, untuk menyelesaikan tahap pertama.
”Memperbaiki seluruh rumah yang rusak membutuhkan biaya besar dan kekuatan luar biasa,” ujar Kepala Staf Kodam V Brawijaya Brigjen Widodo Iryansyah saat memantau penanganan bencana Pacitan, Sabtu. Untuk merehabilitasi 307 rumah, Kodam V/Brawijaya menurunkan 422 personel, dibantu 700 pekerja dari warga.
Komandan Kodim 0801/Pacitan selaku Komandan Tanggap Darurat Bencana Pacitan Letkol (Kav) Aristoteles HN Lawitang mengatakan, masih perlu tenaga tambahan 200 personel lagi untuk mempercepat rehabilitasi.
”Di Arjosari dan Kebonagung, lokasi beberapa rumah terdampak sulit dijangkau sehingga pemindahan material sudah menghabiskan waktu. Penambahan personel diperlukan guna mempercepat pekerjaan sehingga bisa selesai tepat waktu,” katanya.
Rehabilitasi tahap kedua
Bupati Pacitan Indartato mulai menyusun program untuk rehabilitasi tahap kedua. Tantangan yang besar, kata Indartato, adalah mencari lahan-lahan baru bagi warga terdampak tanah longsor. Di Kebonagung dan Arjosari, misalnya, lebih dari 300 rumah tak aman lagi dihuni, sebab berada di zona merah. Dengan pengertian, tepat berada di bawah, atau amat dekat tebing rawan runtuh.
Pencarian lahan baru, lanjut Indartato, tidak mudah. Warga akan kesulitan jika lokasi rumah baru, jauh dari sawah dan ladang yang menjadi sumber penghidupan mereka. Juga jauh dari fasilitas penting, yakni sekolah, klinik, dan tempat ibadah.
”Selain itu, kami harus mencari tukang tambahan agar rehabilitasi bisa lebih cepat ditangani,” kata Indartato. (BRO)