IDI, KOMPAS — Penyebab kematian gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) di Desa Seuneubok Bayu, Kecamatan Indra Makmur, Kabupaten Aceh Timur, Aceh, terkuak. Kuat dugaan satwa dilindungi itu mati karena diracun.
Berdasarkan hasil otopsi tim dokter Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh terhadap bangkai gajah tersebut, ditemukan tanda kehitaman pada kotoran, usus, dan jantung gajah. ”Diduga kuat karena racun. Tanda kehitaman di kotoran, usus, dan jantung mengindikasikan karena racun,” kata Kepala BKSDA Aceh Sapto Aji Prabowo, Minggu (24/12).
Bangkai gajah betina berusia 25 tahun itu ditemukan pada Senin (18/12) oleh warga setempat. Lokasi penemuan berada di dalam kawasan perkebunan sawit PT Dwi Kencana Semesta. Saat ditemukan, diperkirakan gajah tersebut mati 10 hari lalu. Gajah betina itu dalam keadaan hamil 13 bulan sampai 14 bulan. Janin di dalam perut gajah betina itu berjenis kelamin jantan.
Sapto menambahkan, dari keterangan warga, gajah tersebut memakan pupuk di ladang warga sebelum penemuan bangkai. Untuk memastikan benar atau tidaknya gajah itu memakan pupuk dan jenis pupuk yang dimakan, pihaknya masih menunggu hasil laboratorium.
”Saat ini, tim telah mengotopsi, mengambil sampel kotoran, usus, ginjal, dan jantung untuk diperiksa di laboratorium,” ujar Sapto.
Kasus tersebut menambah panjang daftar kematian gajah di Aceh. Sepanjang 2017, sebanyak 12 gajah mati. Penyebab kematian antara lain tersengat kabel listrik, memakan racun, diserang penyakit, dan diburu. Kematian tertinggi terjadi di Aceh Timur, sebanyak 6 ekor.