Populasi Teripang Cenderung Menipis di Nusa Tenggara Barat
Oleh
Khaerul Anwar
·2 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Populasi teripang di perairan Pulau Lombok dan Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, cenderung menipis dalam sepuluh tahun terakhir. Menurunnya populasi teripang di perairan Pulau Lombok dan Sumbawa ini sebagai akibat perburuan. Bahkan, penangkapannya dilakukan sembarangan, seperti menangkap anakan dan induk.
”Untuk mendapatkan induk teripang, kami harus mencari ke pengepul di Pulau Sumbawa. Kalau sepuluh kali turun ke lapangan, hanya dapat beli lima kali. Jadi sudah sulit sekali dapat indukannya,” ujar Kepala Seksi Desiminasi dan Kerja Sama Balai Bio Industri Laut-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Lisa Fajar Indriana, Rabu (20/12), di Mataram, Lombok.
Menurut Lisa, salah satu tugas BBI-LIPI adalah melakukan budidaya teripang. Perairan NTB merupakan salah satu tempat tumbuh kembangnya teripang. Hanya saja dalam satu dekade terakhir kesulitan mendapat induk teripang. Pemicu menurunnya populasi teripang antara lain perburuan yang terus-menerus. Bahkan, teripang yang ditangkap dari anakan sampai induknya.
Penangkapan yang sembarangan itu menjadikan terputusnya mata rantai kehidupan teripang di alam. ”Dulu di sekitar Pantai Medana, Lombok Utara, kami menemukan beberapa spesies. Skarang sudah sangat langka,” ujarnya. Untuk indukannya seharga Rp 50.000-Rp 60.000 per ekor dengan berat 100-200 gram di pengepul sejumlah pasar di Kabupaten Sumbawa.
Kelangkaan berbagai jenis teripang di Indonesia terindikasi dari produksinya yang naik turun. Tahun 2012 produksinya mencapai 905,2 ton, naik menjadi 947,6 ton tahun 2013, kemudian melorot menjadi 153,2 ton tahun 2014 dan 123 ton tahun 2015 (PressReader.com). Saat ini harga teripang kering mutu terendah Rp 30.000-Rp 75.000 per kilogram (berisi 5-10 ekor). Sementara harga termurah teripang kering di Singapura Rp 200.000 per kg. Singapura, Vietnam, dan Hongkong mendatangkan teripang dari Indonesia.
Karena semakin langkanya populasi teripang, di pihak lain perairan NTB menjadi habitat teripang, BBI-LIPI melakukan penebaran 2.000 teripang pasir umur 3-4 bulan dengan berat 7-20 gram per ekor yang dipusatkan di obyek wisata Gili Air, Rabu (20/12).
Kepala Taman Wisata Peraitan (TWP) Gili Terawangan, Gili Air, dan Gili Terawangan A Boby Yefry Adirianto mengatakan, penebaran teripang itu bukan saja pertama kali dilakukan dalam upaya memulihkan habitat alami teripang, melainkan juga menjadi salah satu dukungan dalam kegiatan konservasi di obyek wisata itu. Terlebih lagi kegiatan TWP masih terbatas pada pemantuan, belum menyentuh upaya konservasi dan pemulihan perairan itu.