Petani Bawang Merah di Balikpapan Ingin Lepas dari Jeratan Tengkulak
Oleh
Lukas Adi Prasetya
·2 menit baca
BALIKPAPAN, KOMPAS — Petani bawang merah di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, berharap bisa mulai menjual hasil panen mereka ke pasar tanpa perantaraan tengkulak. Setidaknya, petani berharap bisa terhubung langsung dengan pengusaha restoran yang bisa membeli.
Terhadap harapan tersebut, Pemerintah Kota Balikpapan akan memfasilitasi keinginan petani.
”Setelah kami punya gudang penangkaran bibit bawang merah, kami yakin semakin banyak panen yang dihasilkan. Kendala kami masih tergantung pengumpul (tengkulak) untuk menjual ke pasar,” ujar Bahar, Ketua Kelompok Tani Hikmah, Balikpapan, Senin (18/12).
Petani bawang merah di Gunung Bubukan, Kelurahan Teritip, Kecamatan Balikpapan, memulai langkah penangkaran bibit mandiri.
Pekan lalu, mereka mulai mengoperasikan secara resmi gudang penangkaran bibit bawang merah berkapasitas 30 ton. Separuh hasil panen akan ditangkar menjadi bibit di gudang yang mempunyai fasilitas penyimpanan dan pengasapan tersebut. Cara ini perlahan meninggalkan cara lama, yakni terus membeli bibit dari Jawa.
Inflasi
Bawang merah sering memberi andil pada inflasi Balikpapan, yang punya julukan ”Kota Minyak” ini.
Oleh karena itu, awal 2017, Bank Indonesia (BI) Balikpapan bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID), termasuk Dinas Pangan, Pertanian, dan Perikanan Balikpapan, melaksanakan program pengembangan kluster bawang merah. Petani diberi pelatihan budidaya bawang merah.
Selanjutnya BI Balikpapan memberikan bantuan benih bawang merah bersertifikat sebanyak 1 ton, dengan varietas Bima Brebes (label ungu). Petani di kelompok itu sudah mulai memanen, tetapi urusan menjual baru dilakukan di lokasi dengan harga Rp 25.000 per kg.
”Kalau di pasar, harganya mungkin bisa selisih Rp 10.000 per kg,” ujar Bahar.
Oleh karena itu, ia berharap pemkot memfasilitasi akses pasar untuk petani atau dihubungkan dengan pengusaha restoran untuk menampung hasil panen petani.
Terkait itu, Kepala Dinas Pangan, Pertanian, dan Perikanan Balikpapan Yosmianto mengatakan, pihaknya tengah membicarakannya dengan TPID.
Ia juga tidak ingin harga panen bawang merah anjlok ketika panen raya. Jika sejahtera, petani akan nyaman bekerja.
”Kami juga tak ingin hanya 1-2 kelompok tani yang tertarik budidaya bawang merah di kota ini. Karena itu, selain mencoba memfasilitasi dengan pihak pengusaha restoran, kami juga segera bicarakan kerja sama juga soal ini dengan Bulog,” katanya.
Di kawasan perbukitan Gunung Bubukan, kelompok tani menggarap lahan seluas sekitar 40 hektar yang ditanami berbagai jenis sayur, termasuk bawang merah. Bawang merah ditanam 2-3 kali setahun dan setidaknya sekali panen bisa menghasilkan sekitar 5 ton.
”Memang masih jauh jika melihat kebutuhan Balikpapan akan bawang merah yang mencapai 800 ton per tahun. Namun, ini langkah awal yang bagus dan tepat agar Balikpapan bisa memenuhi kebutuhan sendiri,” tutur Yosmianto.