MAKASSAR, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan fokus mengembangkan kopi toraja menjadi magnet wisata daerah. Sejak dua tahun terakhir, festival kopi masuk dalam rangkaian acara pariwisata bertajuk Lovely Toraja yang digelar setiap bulan Desember. Tahun ini festival mengangkat tema peningkatan kualitas biji kopi di kalangan petani.
”Tahun ini sudah masuk tahun ke-10 pelaksanaan Lovely Toraja. Kami dan pelaku pariwisata bukan hanya menjual keindahan alam dan budaya Toraja, melainkan juga komoditas andalannya,” kata Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya Sulawesi Selatan Musaffar Syah, Kamis (14/12), di Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel).
Menurut dia, kopi merupakan salah satu komoditas wilayah Toraja yang sudah terkenal hingga mancanegara. Bahkan, kopi ini sangat digemari warga Jepang sejak puluhan tahun silam. Hal itu jadi salah satu materi promosi dan daya tarik bagi wisatawan.
Lovely Toraja 2017 digelar 9-30 Desember. Setiap tahun Kabupaten Tana Toraja dan Toraja Utara bergiliran menyelenggarakan acara. Beragam acara digelar, di antaranya karnaval budaya, pentas seni dan musik, pameran, berbagai lomba, dan festival kuliner.
Mulai tahun lalu, festival kopi menjadi acara baru yang digelar selama tiga hari, biasanya pada 27-29 Desember. Festival kopi juga menjadi bagian dari puncak acara. Tahun lalu Lovely Toraja dihadiri sekitar 250.000 wisatawan lokal dan mancanegara. Target tahun ini dikunjungi 400.000 wisatawan.
Kepala Dinas Pariwisata Toraja Utara Harli Patriatno mengatakan, festival kopi tahun ini mulai mengangkat persoalan pada sektor pertanian, yaitu peningkatan kualitas biji kopi di kalangan petani. ”Semua kopi dari wilayah atau kecamatan di Tana Toraja dan Toraja Utara akan dipamerkan. Pengunjung, termasuk pembeli dan pengusaha, berkesempatan mencicipi kopi yang dipamerkan,” jelasnya.
Selain media promosi, pameran tersebut diharapkan memunculkan hubungan kerja sama antarpetani kopi di Sulsel. ”Banyak lokasi kebun kopi yang juga menarik dikunjungi. Beberapa merek dagang kopi terkemuka, bahkan dari luar negeri, kini juga mulai menggunakan nama kopitoraja,” kata Harli.
Dalam sejumlah sesi festival, petani dikenalkan metode peningkatan kualitas tanaman kopi. Pengelola warung atau kafe dengan menu utama kopi juga akan diedukasi cara menggiling dan mengolah biji kopi dengan baik. Salah satu kegiatan dalam festival adalah lokakarya peluang bisnis kopi yang di antaranya menghadirkan barista dari sejumlah daerah.
Pengusaha kopi di Toraja Utara, Sulaiman Miting, berharap festival kopi dan kehadiran pelaku bisnis kopi akan lebih mengangkat nama kopi Toraja.
”Saat ini sudah banyak pengusaha yang ikut mengembangkan kopi toraja dan membina petani. Saya selaku warga Toraja dan pelaku usaha kecil tentu saja senang. Kami berharap lebih banyak yang berminat pada kopi Toraja, termasuk dalam membina petani meningkatkan kualitas kopinya,” ujarnya. (REN)