Teriakan warga di seberang rel kereta, Selasa (12/12) sekitar pukul 07.00, mengusik sekelompok warga RT 014 RW 001 Kelurahan Ciptomulyo, Kecamatan Sukun, Kota Malang, yang asyik bercengkerama dekat rel. Disebutkan bahwa rel yang tidak jauh dari mereka berdiri patah.
Warga pun segera mendekati titik rel patah yang dimaksud. Sebagian warga lantas bergegas mencari alat guna memberi tanda kepada masinis yang akan melintas agar menghentikan keretanya. ”Ada yang pulang mencari bendera merah. Karena tidak punya bendera, saya mengambil kaus warna merah untuk dikibarkan,” tutur Sutiono (63), Ketua RT 014 RW 001.
Sebagian lain bergegas melapor ke Stasiun Malang Kota Lama yang berjarak 1,5 kilometer dari lokasi. Rel yang patah berada di antara Stasiun Malang Kota Lama dan Kepanjen.
Sutiono dan warga lain berbagi tugas. Sebagian warga tetap di lokasi dan sebagian lain berjalan sekitar 100 meter ke arah selatan dari titik rel patah. Tujuannya untuk mendekati dan menghadang kereta yang tengah melaju. Dengan begitu masinis diharapkan segera menarik tuas rem, mengingat kereta tidak bisa langsung berhenti setelah direm.
Benar saja, sekitar 15 menit kemudian datang Kereta Matarmaja dari Jakarta tujuan Malang yang melaju dari arah selatan. ”Kami sudah hafal jam berapa kereta akan melintas dan dari arah mana,” kata Sutiono yang telah puluhan tahun tinggal di daerah itu.
Upaya warga itu membuahkan hasil. Kereta berhenti sebelum melintasi rel patah. Petugas dari PT Kereta Api Indonesia (KAI) lalu datang untuk memperbaiki rel. Perbaikan tidak berlangsung lama, sekitar pukul 08.30 kereta sudah bisa melintas kembali.
Warga pun bernapas lega. Selain berhasil menyelamatkan kereta dan penumpang, mereka juga menghindarkan warga yang tinggal di kiri kanan rel dari hal tidak diinginkan.
Kapan rel tersebut patah, warga tidak bisa memastikan karena sejak pukul 03.30 hingga pukul 07.00 ada tiga kereta yang lewat jalur tersebut. ”Yang jelas kalau ada rel patah, bunyi rel saat dilindas roda akan lain. Bunyinya lebih kasar dan keras. Di daerah sini setidaknya sudah tiga kali ada rel patah,” ujar Sutiono
Perhatian masyarakat Ciptomulyo terhadap keberadaan kereta tidak hanya saat terjadi rel patah saja. Dalam kehidupan sehari-hari mereka juga menjaga lingkungan, tidak membuang sampah di rel. Bahkan, warga menempatkan tempat sampah bercat biru di pinggir rel sehingga kawasan itu terlihat rapi.
Warga juga yang membangun turap pendek sepanjang lebih dari 500 meter untuk membatasi rel—yang permukaannya lebih tinggi—dengan jalan selebar 2 meter yang memisahkan rumah warga dengan rel. Jika ada genangan air di rel akibat hujan, warga akan berupaya mengalirkannya sehingga air surut.
Bentuk tanggung jawab
Menurut warga, semua itu dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab dalam rangka menjalin hubungan simbiosis mutualisme. Selama ini warga memanfaatkan jalan yang di pinggir rel—tanah milik PT KAI— sebagai akses sehari-hari. Bahkan, sebagian rumah berdiri di lahan milik PT KAI. Karena itu, tidak ada cara lain untuk balas budi kecuali menjaganya.
Upaya penghentian kereta api yang tengah melintas untuk mencegah kecelakaan tidak hanya kali ini. Tahun 2015, ada seorang petani yang menghentikan KA Gajayana tujuan Malang-Jakarta lantaran mendapati rel renggang sekitar 15 sentimeter. Langkah berani itu menuai pujian.
PT KAI memberikan apresiasi terhadap inisiatif warga yang bertindak ”heroik” sehingga semua bisa terhindar dari hal tidak diinginkan.
Manajer Humas PT KAI Daerah Operasional VIII Surabaya Gatut Sutiyatmoko mengatakan, selain di Malang, kepedulian warga akan keselamatan kereta dan penumpang juga ada di daerah lain, seperti Semarang pada saat banjir dan di Cirebon ketika ada truk mogok di tengah pelintasan.
”Kami berterima kasih kepada warga. Berkat inisiatif mereka, tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,” ujarnya
Menurut Gatut, insiatif yang dilakukan warga Ciptomulyo bisa menjadi contoh bagi warga di daerah lain. Bagaimana mereka menjaga kereta api secara bersama-sama di tengah masih adanya orang-orang yang melakukan tindakan secara tak bertanggung jawab.
Hal-hal berlawanan hukum, seperti pencurian terhadap kelengkapan kereta hingga upaya sabotase terhadap perjalanan kereta masih sering terjadi di sejumlah wilayah. Apa yang dilakukan warga Ciptomulyo kiranya sama dengan nama daerah mereka, cipto dan mulyo yang berarti menciptakan kemuliaan. (DEFRI WERDIONO)