GUNUNG KIDUL, KOMPAS — Peringatan Hari Menanam Pohon jangan sekadar menjadi seremoni rutin. Hal itu harus ditindaklanjuti dengan langkah nyata agar dana yang dikucurkan untuk program ini tidak sia-sia. Rakyat harus dapat menikmati manfaat langsung dari reboisasi lahan kritis.
Pernyataan ini disampaikan Presiden Joko Widodo saat menghadiri Peringatan Hari Menanam Pohon Indonesia dan Bulan Menanam Nasional Tahun 2017 di Desa Karangasem, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sabtu (9/12).
"Rakyat senang hal yang konkret dan ada manfaatnya. Ada yang bisa kita lihat fisiknya karena menyangkut anggaran yang sangat banyak," kata Presiden di depan peserta acara.
Rakyat senang hal yang konkret dan ada manfaatnya. Ada yang bisa kita lihat fisiknya karena menyangkut anggaran yang sangat banyak
Presiden ingin pengelolaan hutan dilakukan dengan serius. Hutan sebaiknya dapat memberi manfaat tidak hanya kayu, tetapi juga nonkayu, yakni sumber pangan, obat-obatan, buah-buahan. Presiden yakin, jika serius, hal ini tidak sulit untuk diwujudkan.
Presiden mencontohkan negara-negara yang mampu mengelola hutan dengan baik. Bahkan mampu menjadikan sektor kehutanan sebagai sumber pendapatan negara. "Beberapa negara di Skandinavia bisa kaya raya dari hutan saja," katanya.
Di acara itu, Presiden sempat berdialog dengan warga setempat yang menjalankan program penghijauan bukit kapur. Kepada warga bernama Marijan, Presiden menanyakan keyakinan untuk merawat pohon yang ditanam. Menurut Marijan, ia meragukan ketersediaan air di musim kemarau. Namun, ia tetap berupaya merawat pohon itu.
Libatkan warga
Di lokasi itu, pemerintah bekerja sama dengan warga menghijaukan lahan kritis di perbukitan kapur. Proyek ini dilakukan untuk menyelamatkan lahan kritis yang selama ini tidak memberi nilai tambah kepada warga. Penghijauan dilakukan dengan pendekatan teknologi untuk memastikan data pohon dan ketersediaan air.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar mengatakan, program ini berawal dari inisiatif masyarakat untuk memanfaatkan lahan karst.
Menurut Siti, penghijauan itu bukan hanya untuk kepentingan masyarakat, melainkan juga untuk menjaga kelestarian satwa yang hidup di sana. Desa itu dikenal sebagai habitat kera ekor panjang. Namun, kera dianggap mengganggu tanaman masyarakat. Penghijauan diharapkan dapat mengatasi kekurangan pakan kera sehingga tak mengganggu.
Penghijauan itu bukan hanya untuk kepentingan masyarakat, melainkan juga untuk menjaga kelestarian satwa.
Penghijauan dilakukan dengan menanam 45.000 batang pohon di lima bukit di kawasan seluas 15 hektar milik Kesultanan Yogyakarta. Program melibatkan 3.000 petani setempat. Pengelolaan berikutnya dikerjakan koperasi.