”Kami telah memerintahkan petugas penanganan bencana di kabupaten dan kota mengadakan mitigasi struktural terhadap kondisi lingkungan yang rawan bencana. Di antaranya memperbaiki tanggul, memperdalam saluran, membersihkan saluran dan drainase, serta mengidentifikasi tanggul-tanggul kritis. Hal ini sebagai bagian dari upaya pencegahan dini,” kata Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Jumat (1/12) di Semarang.
Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jateng, mulai Oktober hingga akhir November, tercatat 201 bencana alam. Di antaranya, 116 kejadian longsor, 37 kali angin puting 238 rumah rusak sedang dan ringan.
”Kesiapsiagaan mesti ditingkatkan mengingat bencana alam seiring musim hujan baru akan mencapai puncaknya pada Januari-Maret 2018,” kata Kepala BPBD Jateng Sarwa Pramana.
Pantauan Kompas, ruas-ruas jalan dan permukiman menggenangi tujuh kelurahan di Pekalongan Utara. Sebagian warga memilih jalan kaki menerobos banjir. Pengungsian terpusat di kompleks kantor kecamatan. Warga, dari anak balita hingga lansia, diungsikan di lantai dua kantor kecamatan. Kiriman bantuan, seperti makanan dan obat-obatan, mulai mengalir. Adapun dapur umum menempati GOR Jatayu Pekalongan.
”Karena sudah ada tanda-tanda, kami sempat mengantisipasi dengan menaruh barang-barang di tempat yang lebih tinggi. Ketinggian air hingga setengah meter, tetapi menjelang siang, perlahan surut,” ujar Wawan Kurniawan (31), warga Pekalongan. Sebagian besar warga yang mengungsi bermukim kurang dari 1 kilometer dari bibir pantai.
Terempas ombak
Di Lampung Selatan, 14 rumah nonpermanen milik warga di Desa Rangai Tritunggal, Kecamatan Katibung, hanyut akibat terempas ombak dan gelombang tinggi yang melanda perairan Lampung. Sebanyak 259 warga mengungsi ke rumah tetangga dan kerabat yang rumahnya jauh dari laut.
Menurut Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah Lampung Selatan Firdaus, jumlah rumah warga yang hancur dan hanyut akibat terjangan ombak sebanyak 14 unit. Selain itu, 42 rumah lainnya rusak sedang hingga ringan. Ada 59 kepala keluarga atau sekitar 259 jiwa yang mengungsi.
Ribuan nelayan di Banten dan Jawa Barat juga berhenti melaut. Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kota Cilegon Yayan Hambali mengatakan, di Cilegon, ada 1.018 nelayan. ”Mereka semua tidak bisa melaut. Susah sekali kalau setiap November. Nelayan menjual barang-barangnya. Mereka hanya nelayan tradisional. Sudah 10 hari terakhir, nelayan tidak bisa melaut,” katanya.
Gelombang tinggi hingga 3 meter membuat pelayaran Gresik-Bawean terganggu. Dua kapal tujuan Gresik-Bawean, Kapal Motor Penumpang Express Bahari 8E, dan Kapal Motor Natuna Ekspres pun batal berlayar.
Menurut Kepala Bagian Humas Kantor Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Gresik Nanang Affandi, informasi BMKG Tanjung Perak, Surabaya, menyebutkan, ketinggian ombak di perairan Laut Jawa mencapai 3 meter. Jadi, untuk sementara menutup aktivitas pelayaran dan kapal layar motor dan kapal penumpang diimbau tidak berlayar. Cuaca buruk terjadi sejak Selasa (28/11). Tinggi gelombang di laut Jawa mencapai 2,5-3 meter dengan kecepatan angin 20 knot.
Di Bengkulu, gelombang tinggi dan angin kencang juga masih menerjang sehingga nelayan tidak melaut. Wakil Ketua I Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Dewan Pimpinan Kota Bengkulu Romi Paslah menerangkan, cuaca saat ini tidak memungkinkan nelayan melaut. Angin kencang dan gelombang tinggi bisa mengancam keselamatan nelayan itu sendiri.
Tenggelam
Dari Jambi dilaporkan, sebuah perahu motor berpenumpang lima orang terbalik diterpa angin dan arus kencang di Sungai Pengabuan, Desa Parit Bilal, Kecamatan Pengabuan, Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Dua penumpang hilang terseret arus.
Sepanjang Jumat (1/12), tim SAR Provinsi Jambi terus menyisir lokasi itu untuk mencari korban hilang. Kedua warga tersebut bernama Markamah (50) dan Mustofa (37).
Kepala Kantor SAR Provinsi Jambi Al Hussain mengatakan, perahu motor alias pompong itu terbalik pada Kamis siang kemarin. ”Saat itu, angin dan arus sungai kencang sehingga pompong itu terbalik,” ujar Hussain.
Lima penumpang itu menyeberangi sungai untuk menuju ladangnya terjatuh ke sungai. Tiga penumpang selamat, sedangkan Markamah dan Mustofa terseret arus.
Dua orang pemancing ikan, yaitu Riki Asmari (31) dan Jabarudin Sadewa (25), hanyut dan hilang setelah terseret ombak di Pantai Karangbolong, Kecamatan Buayan, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, Jumat (1/12) pagi. Masyarakat diimbau waspada terhadap cuaca ekstrem dampak siklon tropis Dahlia.
”Mereka pergi memancing sejak Kamis (30/11) dan pulang pada Jumat (1/12) sekitar pukul 08.00. Mereka harus melewati pinggiran tebing dan karang pantai. Saat itulah air pasang dan menerjang para pemancing,” kata Koordinator Basarnas Pos SAR Cilacap Mulwahyono, kemarin, saat dihubungi dari Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jateng.