PURWOKERTO, KOMPAS — Pembangunan terowongan di Kebasen, Kabupaten Banyumas, yang merupakan bagian dari proyek jalur ganda kereta api sudah mencapai 40 persen dari total panjang 292 meter. Pembangunan terowongan ini ditargetkan selesai pada akhir 2018 dan dapat dioperasikan awal 2019.
Hal itu disampaikan Kepala Satuan Kerja (Satker) Kegiatan Jalur Ganda Purwokerto-Kroya Balai Teknik Perkeretaapian Jawa Tengah Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Yofi Okadriza, Kamis (30/11), saat meninjau pembangunan terowongan bersama Bupati Banyumas Achmad Husein.
Yofi menyampaikan, Terowongan Kebasen terdiri atas dua terowongan yang masing-masing panjangnya 109 meter dan 183 meter. Menurut dia, pembangunannya terkendala kerasnya material yang digali serta masih aktifnya jalan penghubung Patikraja-Sampang serta aktifnya jalur kereta api yang ada di tepi Sungai Serayu.
”Terowongan Notog perkembangannya jauh lebih bagus dan targetnya pada Januari 2018 sudah tembus karena sifat tanahnya lunak. Di sini (Kebasen) kami hanya dapat (mengebor) 5 sentimeter per hari karena bebatuan keras. Idealnya, 1 meter per hari,” paparnya.
Yofi menyebutkan, pembangunan terowongan tersebut merupakan karya perdana anak bangsa. Terowongan dengan jalur ganda itu nantinya akan menggantikan terowongan lama yang dibangun pada zaman kolonial Belanda sekitar tahun 1915.
Seperti diketahui, di jalur kereta api Purwokerto-Kroya terdapat dua lokasi pembangunan terowongan, yaitu di Kebasen dan Notog, Kabupaten Banyumas. Terowongan Notog memiliki total panjang 550 meter dan diameter 9,3 meter. Terowongan Notog dibangun PT Pembangunan Perumahan (Persero), sedangkan Terowongan Kebasen dibangun PT Adhi Karya (Persero).
Achmad Husein mengatakan, untuk mendukung pembangunan terowongan di Kebasen itu, jalan antara Patikraja dan Sampang di sekiar pembangunan terowongan akan ditutup total pada Februari 2018 untuk setahun ke depan. Oleh karena itu, pihaknya sedang menyiapkan jalan alternatif, yaitu jalur Desa Tumiyang-Desa Kebasen sejauh 2,9 kilometer untuk dilalui kendaraan roda dua dan roda empat dengan jalan satu arah.
”Anak sekolah dan warga yang hendak menuju Desa Gambarsari, jika harus memutar lewat jalan alternatif itu, terlalu lama. Ini menyiksa. Saya meminta dari PU, PT Kereta Api Indonesia, Satker, dan Balai Besar dalam waktu seminggu ini mencari alternatif. Walau bagaimana, harus ada jalan, paling tidak, bisa dilewati motor,” tutur Husein.