Kasus Pencabulan oleh Aktivis Lingkungan, Jumlah Korban Bisa Bertambah
Oleh
Lukas Adi Prasetya
·4 menit baca
BALIKPAPAN, KOMPAS — Kasus pencabulan oleh PDW (21), aktivis lingkungan yang pernah menjadi fasilitator di sebuah organisasi anak, terus ditelusuri polisi. Jumlah sementara korban sebanyak sembilan anak berusia 12-17 tahun dan diperkirakan masih akan bertambah mengingat pelaku sering berkegiatan di banyak daerah.
Terungkapnya kasus ini mengagetkan banyak pihak, terutama pegiat lingkungan. PDW, yang masih berstatus mahasiswa salah satu perguruan tinggi terkenal di Yogyakarta, dikenal sebagai tokoh muda berprestasi di Balikpapan, Kalimantan Timur. PDW adalah pendiri sekaligus Presiden (Ketua) Green Generation Indonesia, organisasi nonprofit yang bergerak di bidang lingkungan hidup.
Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Kaltim Komisaris Besar Hilman, Selasa (21/11), mengatakan, PDW melakukan aksi bejatnya pertama kali tahun 2013. PDW sering ke luar kota, ke banyak daerah di seluruh Indonesia, baik terkait acara organisasinya maupun acara lingkungan.
Organisasi itu berkembang di beberapa daerah, bahkan kegiatannya sudah merambah sampai luar negeri. Tahun 2015, PDW meraih penghargaan lingkungan dari salah satu kementerian. Ketika duduk di bangku SMA, PDW pernah menjabat Ketua Forum Anak Balikpapan.
”Sementara ada sembilan korban yang kami ketahui, dari Balikpapan, Samarinda (Kaltim), Tarakan (Kaltara), dan Palu (Sulteng). Semuanya lelaki, 12-17 tahun, masih usia anak dan remaja. Jumlah korban bisa bertambah. Kami masih menelusuri bukti dan informasi,” tutur Hilman.
Hampir semua korban adalah relawan atau anggota organisasi tersebut yang direkrut PDW. Korban mengalami pencabulan lebih dari satu kali.
Terungkapnya kasus ini berawal ketika September lalu salah seorang korban di Balikpapan bercerita kepada orangtuanya tentang perbuatan PDW. Menerima laporan, Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Keluarga Berencana Balikpapan, Komisi Perlindungan Anak Indonesia, dan sejumlah pihak berkoordinasi dengan polisi.
PDW ditangkap di tempat kosnya di Yogyakarta, Kamis (16/9). PDW tak berkutik dan mengakui perbuatannya. Ia mengaku melakukan aksinya sejak tahun 2013. Modusnya membujuk korban dengan iming-iming uang dan barang, seperti baju dan tas. Korban melampiaskan aksi bejatnya di beberapa tempat, seperti rumah dan hotel.
”PDW biasanya mendekati korban, memberi perhatian, merayu. Ada yang diraba-raba, dicium, dan ada yang sampai hubungan badan. Tersangka, dulu, sewaktu SMP pernah menjadi korban pencabulan. Mungkin ini yang juga melatarbekalangi aksinya,” ujar Hilman.
PDW yang dihadirkan dalam jumpa pers di Markas Polda Kaltim, Senin kemarin, tidak mau menjawab satu pun pertanyaan wartawan. Ia hanya diam dan terus menunduk.
Berprestasi
PDW dikenal cerdas dan pandai bergaul. Dia mengenyam pendidikan di SMP dan SMA favorit di Kota Balikpapan, lalu melanjutkan kuliah di Yogyakarta. Saat ini, PDW hampir wisuda dan bahkan telah mendapat beasiswa melanjutkan pendidikan ke London, Inggris.
Arita Rizal Effendi, istri Wali Kota Balikpapan Rizal Effendi, yang juga pemerhati masalah anak dan perempuan, sangat kaget. ”Anaknya cerdas, santun, rajin ibadah, prestasinya banyak. Dia mestinya jadi panutan anak muda Balikpapan,” kata Arita.
Jufriansyah, pemerhati lingkungan, mengenal PDW sejak 2008. Saat itu Jufriansyah sebagai Ketua Forum Peduli Lingkungan Hidup Balikpapan, yang beranggotakan beberapa LSM, instansi pemerintah, dan pemerhati lingkungan. PDW saat itu masih duduk di bangku SMP.
Forum ini yang lalu menginspirasi PDW membentuk organisasi lingkungan nonprofit Green Generation. PDW menjabat presiden organisasi yang didirikannya itu tahun 2013. Berawal dari Balikpapan, organisasi itu berkembang di banyak kota.
”Sudah terlihat cerdas sejak SMP. Dia, antara lain, pernah memenangi lomba poster lingkungan. Sewaktu SMP juga, dia sudah bisa merekrut dan mengoordinir relawan-relawan yang notabene siswa SMA. Dia aktif kampanye ke sekolah-sekolah,” lanjut Jufriansyah.
Salah satu teman sekolah PDW, yang tidak mau disebut namanya, juga menyebutkan PDW termasuk cerdas dan aktif berorganisasi. ”Sama teman-teman, ya, akrab. Meski memang, kalau untuk ukuran cowok, tingkah dia (PDW) seperti kecewek-cewekan,” ujar teman PDW itu.
Kedua orangtua PDW yang tinggal di Balikpapan berlatar belakang sebagai tenaga pendidik. ”Mereka dalam kondisi amat shock, tidak menyangka anaknya yang berprestasi ini bisa tersangkut kasus seperti ini. Kami masih terus menggali informasi,” ucapnya.
Polisi, menurut Hilman, sudah mengumpulkan sejumlah bukti, seperti laptop dan ponsel tersangka yang berisi percakapan-percakapan dengan sejumlah korban. ”Ada juga foto-foto,” ujar Hilman tanpa menjelaskan detail foto-foto yang dimaksud.
Pemerhati dan juga pendamping anak dan perempuan korban kekerasan Mei Christy S yakin jumlah korban lebih dari sembilan orang. ”Semua korban lelaki. Mestinya lelaki lebih punya alasan dan kekuatan daripada perempuan untuk menolak ajakan dari orang-orang seperti PDW,” katanya.
Menurut Mei, ketika PDW melakukan aksinya dan terungkap empat tahun kemudian, itu menandakan dia berada di zona nyamannya. Zona yang dianggap tidak akan membuka aib. Karena itu PDW berani. Namun, akhirnya PDW salah perhitungan.