MUNGKID, KOMPAS — Penyaluran kredit mikro menjadi salah satu strategi pengentasan warga dari kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah. Saat ini, dari 34 kota/kabupaten di Jateng, terdapat 15 daerah yang jumlah penduduk miskinnya di atas rata-rata provinsi dan nasional.
Dikutip dari data Pemerintah Provinsi Jateng, 15 daerah dengan jumlah penduduk miskin tinggi adalah Wonosobo (20,53 persen), Kebumen (19,86 persen), Brebes (19,47 persen), Purbalingga (18,98 persen), Rembang (18,54 persen), Pemalang (17,58 persen), Banjarnegara (17,46 persen).
Selanjutnya, Banyumas (17,23 persen), Klaten (14,46 persen), Sragen (14,38 persen), Cilacap (14,12 persen), Demak (14,10 persen), Purworejo (13,91 persen), Grobogan (13,57 persen), dan Blora (13,33 persen). Pada Maret 2017, angka kemiskinan Jateng menurun 0,26 persen, dari 4,5 juta jiwa tahun 2016 menjadi kini 4,45 juta jiwa.
”Pengentasan kemiskinan akan terus dilakukan, salah satunya dengan penyaluran kredit mikro untuk usaha atau lamar pekerjaan,” ujar Gubernur Jateng Ganjar Pranowo dalam Indonesia International Microfinance Forum 2017 bertema ”Keuangan Mikro dan Pengurangan Kemiskinan” di Magelang, Jateng, Sabtu (18/11).
Pemerintah melalui Bank Jateng memberikan Kredit Mitra 25 dengan bunga rendah 6,99 persen. Sebagai perbandingan, bunga kredit mikro di pasaran sekitar 19 persen. Penyaluran kredit ini merupakan upaya pemerintah dalam menjamin keberlangsungan usaha mikro dan kecil (UMK).
Hingga September 2017, Kredit Mitra 25 Bank Jateng telah disalurkan kepada 21.525 debitor dengan kredit bermasalah (NPL) sebesar 1,9 persen. Batas maksimal pinjaman kredit ini sebesar Rp 25 juta.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Wimboh Santoso menambahkan, sinergi antara pemerintah dan bank pembangunan daerah (BPD) menjadi kunci untuk mengatasi kemiskinan. Sinergi tersebut harus dibarengi dengan penguatan teknologi, sumber daya manusia, dan layanan kredit.