SEMARANG, KOMPAS – Peningkatan konsumsi daging ruminansia kecil, sebagai substitusi daging sapi dan kerbau penting guna mendukung diversifikasi konsumsi daging nasional. Salah satu caranya dengan menurunkan kadar kolesterol serta meningkatkan kadar asam lemak omega-6 yang terkandung pada daging kambing dan domba.
Dosen Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Widiyanto mengatakan hal itu dalam jumpa pers jelang pengukuhannya sebagai guru besar Undip, di Semarang, Jawa Tengah, Rabu (5/11). Inovasi yang tengah dikembangkan yakni suplementasi asam lemak tak jenuh ganda (ALTJG) terproteksi.
Menurut Widiyanto, tingkat konsumsi daging ruminansia kecil (kambing dan domba) merupakan yang terendah. Data Kementerian Pertanian pada 2010 misalnya, menunjukkan, pangsa konsumsi daging ruminansia kecil sebesar 5,8 persen, di bawah daging sapi dan kerbau (20,1 persen), unggas (64,9 persen), serta babi (9 persen).
Hal itu, lanjut Widiyanto, diduga akibat fobia kolesterol terhadap daging kambing dan domba, yang berkembang di masyarakat. Padahal kandungan kolesterol dua hewan itu sebenarnya tak jauh berbeda dengan sapi. “Fobia dapat diatasi lewat edukasi, tetapi tidak cukup. Inovasi juga diperlukan,” kata dia.
Teknologi alternatif yang dikembangkan yakni suplementasi ALTJG terproteksi, bersumber dari minyak biji kapuk (MBK). Komoditas ini melimpah di wilayah pantai utara (pantura) Jateng. Suplementasi ini memungkinkan penyerapan asal lemak tak jenuh, yang berperan dalam menurunkan kolesterol dalam daging. Adapun suplemen tersebut dicampur dengan pakan konsentrat ternak.
Teknologi alternatif yang dikembangkan yakni suplementasi ALTJG terproteksi, bersumber dari minyak biji kapuk (MBK). Komoditas ini melimpah di wilayah pantai utara (pantura) Jateng.
Hasil penelitian Widiyanto pada 2009, sejumlah domba yang mendapat suplemen MBK mengalami peningkatan bobot badan harian. Efisiensi pakan dan persentase karkas dan nisbah daging atau tulang juga meningkat. Adapun kadar kolesterol pada daging ternak yang mendapat suplemen MBK menurun sekitar 30 persen.
Namun, Widiyanto menekankan, penurunan kolesterol lebih pada psikologis. “Yang utama, suplemen MBK meningkatkan lemak tak jenuh atau asam linoleat dari 5 persen menjadi 12 persen. Fungsinya mengendalikan kolesterol dan meningkatkan produktivitas daging. Ini menyehatkan saat dikonsumsi manusia,” ujarnya.
Bentuk kapsul
Widiyanto menuturkan, penelitian terkait suplemen MBK tersebut dimulai 2009 dan kini masih dikembangkan. Adapun dirinya tengah dalam tahap mengombinasikan asam lemak tak jenuh dengan asam amino pembatas. Nantinya, suplemen itu akan dibuat dalam bentuk kapsul, agar mudah untuk dipakai dan dipasarkan.
Apabila suplemen tersebut dapat diterapkan secara luas, diharapkan dapat mendongkrak pangsa konsumsi daging kambing dan domba. “Dengan demikian, diversifikasi komsumsi daging nasional dapat lebih optimal. Sasaran program swasembada daging kambing dan kerbau pun diharapkan dapat tercapai,” kata Widiyanto.
Rektor Undip Yos Johan Utama, mendukung penelitian inovatif di kampusnya untuk mendukung penambahan jumlah guru besar tetap Undip yang saat ini berjumlah 108 orang. Hal tersebut, akan meningkatkan kualitas pendidikan di Undip. Hasil penelitian diharapkan juga bisa segera diaplikasikan di masyarakat.
Adapun Widiyanto akan dikukuhkan sebagai guru besar Undip pada Kamis (16/11). Pengukuhan juga dilakukan pada Kepala Divisi Neonatologi Departemen Pediatri Fakultas Kedokteran Undip, M Sholeh Kosim, dengan pidato pengukuhan berjudul “Neonatologi Pada Era Kedokteran Digital Agar Bayi Dapat Bertahan Secara Utuh”.