Lagi, Lima Orang Tewas Tertimbun
MUARADUA, KOMPAS — Longsor di Kecamatan Sungai Are, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Sumatera Selatan, kembali terjadi, Jumat (10/11) sore. Kali ini terjadi di Desa Sadau Jaya, lima orang tewas dan dua orang luka parah. Kelima korban tewas adalah Riswandi (40), Susmita (35), Angga (7), Rifky, (4), dan Alex (9). Adapun dua korban selamat adalah Iprianto (20) dan Juwita (12). Ketujuh korban masih memiliki ikatan keluarga. Sehari sebelumnya, longsor terjadi di Desa Cukohnau, Kecamatan Sungai Are, satu orang bernama Hatam (80) ditemukan tewas tertimbun dan dua orang lainnya terluka.Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Selatan Iriansyah menerangkan, tanah longsor itu terjadi pada pukul 15.00. Saat itu hujan deras mengguyur. Mereka berada di lokasi untuk bertani. Namun, karena hujan deras mereka pun berlindung di pondok. Naas, saat itu terjadilah tanah longsor dan pondok pun tertimbun. Pondok berada di kawasan perbukitan yang keadaannya cukup curam dan terjal.Petugas penyelamat dari BPBD Ogan Komering Ulu Selatan dan sejumlah instansi terkait dibantu warga setempat ke lokasi melakukan evakuasi. Warga dan petugas harus berhati-hati karena khawatir longsor susulan masih mungkin terjadi.Saat dilakukan evakuasi, lima orang ditemukan tewas dan dua orang luka berat. Lima korban tewas diserahkan kepada keluarga untuk dimakamkan, sedangkan dua korban luka dibawa ke puskesmas terdekat. Iriansyah mengingatkan masyarakat agar waspada karena curah hujan berintensitas tinggi masih terjadi. BPBD Sumsel memetakan beberapa wilayah yang rawan longsor, seperti di Kabupaten Empat Lawang, Muara Enim, Ogan Komering Ulu (OKU), OKU Selatan, dan Pagar Alam. Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Klimatologi Kelas 1 Palembang Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Nandang Pangaribowo mengatakan, dalam tiga hari ke depan wilayah Sumatera Selatan di bagian barat dan tengah akan diguyur hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi. Pergerakan angin berada pada kisaran 0 sampai 20 knot. Puncak musim hujan baru terjadi pada akhir November sampai awal Januari 2018. Pemicu banjir Kalimantan Tengah juga dilanda banjir. Pemicunya antara lain alih fungsi lahan dari hutan menjadi perkebunan dan pertambangan secara masif membuat daya dukung alam menurun. Di Barito Utara dan Kabupaten Murung Raya, sampai saat ini 165 rumah dengan 191 keluarga terkena banjir.Dari data Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan Pemadam Kebakaran Provinsi Kalimantan Tengah di Desa Sikui terdapat 79 rumah terendam dengan 96 keluarga atau 316 orang terkena banjir. Sementara di Kabupaten Murung Raya ada 86 rumah terendam banjir dengan 95 keluarga atau 296 orang yang mengungsi. "Di Murung Raya laporan terakhir banjir mulai surut, tinggal di jalan-jalan utama yang aksesnya lumpuh. Di Barito Utara ketinggian air meningkat menjadi 1,5 meter," kata Pelaksana Tugas Kepala BPBD dan Pemadam Kebakaran Provinsi Kalimantan Tengah Darliansjah di Palangkaraya, Jumat (10/11).Banjir karena luapan sungai akibat curah hujan tinggi. "Kami siapkan tempat pengungsian dan dua perahu karet untuk memfasilitasi warga melewati banjir," katanya. (RAM/IDO)