Program Inovasi Mutu Pendidikan Dasar di Sumba Diluncurkan
Oleh
Kornelis Kewa Ama
·3 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Pendidikan dasar menjadi kunci keberhasilan seorang anak didik di jenjang pendidikan berikut. Karena itu, pendidikan dasar harus mendapatkan perhatian pemerintah daerah, pemerintah pusat, dan pihak lain. Pendidikan sekolah dasar lebih fokus pada peningkatan mutu hasil pembelajaran literasi dan numerasi siswa di samping keuangan dan digital.
Mendukung program ini, gizi siswa sekolah dasar (SD) harus mendapat perhatian dari orangtua dan pihak sekolah. Program Inovasi di Nusa Tenggara Timur diselenggarakan di empat kabupaten di Pulau Sumba.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Totok Suprayitno pada peluncuran program Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (Inovasi), di Kupang, Rabu (2/11), mengatakan, program Inovasi di Sumba Timur, Sumba Barat, Sumba Barat Daya, dan Sumba Tengah bukan pemberian sebuah proyek, melainkan peningkatan sarana, prasarana, dan sumber daya manusia yang terlibat di bidang pendidikan dasar.
Digital perlu diajarkan di tingkat dasar karena kehidupan masa depan sangat ditentukan oleh penguasaan digital.
”Literasi dasar adalah menulis, membaca, dan menghitung. Kemudian, ditambah dengan literasi keuangan dan literasi digital. Keempat kemampuan dasar ini wajib dipahami secara mendasar, kuat, dan sistematis oleh siswa sekolah dasar. Jika keempat hal ini sudah dikuasai, mereka tidak banyak kesulitan ketika melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi,” tutur Totok.
”Digital perlu diajarkan di tingkat dasar karena kehidupan masa depan sangat ditentukan oleh penguasaan digital,” lanjutnya.
Ia mengatakan, program Inovasi yang dimaksud tidak membangun persaingan sektarian (induvidu atau kelompok) di kalangan siswa SD, tetapi Inovasi yang selalu mengarah pada sistem berkolaborasi dan bekerja sama. Sumba dipilih menjadi pusat Inovasi karena di sana sarana dan prasarana sudah cukup tersedia. Listrik hampir sudah masuk ke semua SD di Sumba dengan dukungan energi baru terbarukan.
Program ini tampak lebih nyata di depan kelas, bukan dengan cara mendikte, tetapi lebih menggali potensi lokal sehingga lebih memberi arah pola pembelajaran kepada siswa. Tuntutan saat ini bukan seberapa banyak siswa belajar, melainkan seberapa jauh mereka berkompeten dan unggul dalam pergaulan global.
Program ini sejalan dengan gerakan literasi nasional, bekerja sama dengan guru, orangtua, pemerintah kabupaten, dan pemangku kepentingan lain.
Gubernur NTT Frans Lebu Raya menekankan peningkatan gizi bagi siswa SD. Banyak orangtua tidak peduli terhadap masalah gizi anak. Padahal, gizi yang baik menentukan tingkat kecerdasan anak itu.
”Jika anak SD datang ke sekolah tidak sarapan pagi, ia akan lapar, lemah, dan tidak konsentrasi mendengarkan guru. Akibatnya, mutu pembelajaran siswa itu anjlok, menurun. Pihak orangtua dan guru sering menyalahkan anak, tetapi mereka tidak mencari tahu mengapa kemampuan belajar anak bersangkutan sangat rendah,” tutur Lebu Raya.
Jika anak SD datang ke sekolah tidak sarapan pagi, ia tidak akan konsentrasi mendengarkan guru.
Konselor Bidang Pembangunan Manusia Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia Michele Lowe mengatakan, program Inovasi merupakan kemitraan penting antara Indonesia dan Australia. ”Kita telah bekerja sama selama lebih dari 10 tahun untuk memperkuat sistem pendidikan di Indonesia,” ujarnya.