Tak Ada yang Tersisa di Kios Saya...
Indra Joko (38) berjalan pelan menyusuri lorong yang dipenuhi bekas seng dan rolling door yang terbakar. Suhu udara yang masih terasa hangat, ditambah bau menyengat dari kain-kain yang terbakar, Senin (30/10) siang, tak menghentikan langkahnya. Indra seperti sudah tak sabar ingin memeriksa kondisi kiosnya, pascakebakaran yang melanda Pusat Pertokoan Pasar Atas Bukittinggi, Sumatera Barat, Senin pagi.
Begitu sampai di depan kiosnya yang berukuran 3 x 3 meter, Indra bergeming. Apa yang dia lihat siang itu seperti mengambil seluruh energinya sehingga dia tak mampu masuk dan memeriksa ke dalam. ”Tak ada yang tersisa. Tak ada yang tersisa,” gumamnya lemah.
Di dalam kios, tempat Indra menggantungkan hidup bersama istrinya, itu hanya tersisa puing-puing hitam dari kayu, kain, dan barang-barang lain yang terbakar, termasuk mesin jahit yang hanya tinggal rangka dan beberapa gunting besi.
Setelah menarik napas panjang, pria kelahiran Batusangkar, Kabupaten Tanah Datar, itu akhirnya memberanikan diri masuk. Tanpa melepas helm, dia langsung menggali puing-puing dengan tangan. Semua yang dianggapnya masih layak, seperti rangka mesin jahit, dikeluarkan satu per satu. ”Saya tidak tahu ini bisa diperbaiki atau tidak. Yang penting dikeluarkan dulu,” kata Indra saat membawa kerangka mesin jahit keluar area tersebut.
Saya tidak tahu ini bisa diperbaiki atau tidak. Yang penting dikeluarkan dulu.
Indra tidak menyangka bahwa usaha jahit baju yang dijalankan bertahun-tahun bersama istrinya itu harus terhenti karena musibah kebakaran yang melanda Pusat Pertokoan Pasar Atas Bukittinggi pada Senin pagi sekitar pukul 05.30. Api diduga berasal dari ledakan trafo di salah satu toko di Blok C lantai dua. Setelah itu, api merambat lewat kabel, membakar gardu dan meledak. Saat petugas jaga berusaha memadamkan api di Blok C, api merambat lagi lewat kabel hingga ke Blok B dan meledakkan gardu di sana. Setelah itu, api menyebar ke lantai tiga dan terjadi kebakaran hebat.
Api baru bisa dipadamkan sekitar pukul 11.00 setelah 22 mobil pemadam kebakaran yang berasal dari Kota Bukittinggi dan kabupaten kota lain, seperti Agam, Payakumbuh, Limapuluh Kota, Tanah Datar, Padang Panjang, Solok, Sawahlunto, dan Padang, dikerahkan.
Indra memang bukan satu-satunya pedagang yang menjadi korban. Menurut data Kepolisian Resor Bukittinggi, ada sekitar 600 kios yang terbakar. Sekitar 354 kios di lantai paling atas, termasuk pusat bermain anak. Kios lain yang berada di lantai dua terbakar sebagian dan hampir terbakar, sedangkan di lantai dasar nihil. Kerugian diperkirakan mencapai Rp 1,5 trilun dihitung berdasarkan banyaknya barang, terutama kerajinan-kerajinan tangan berbahan kain, seperti songket, tenun, dan bordir.
Rinaldi (42), pedagang lain yang mempunyai 2 kios, mengaku rugi hingga Rp 500 juta. Kerugian itu karena seluruh barang jualannya berupa bahan dasar kain habis terbakar. ”Ini satu-satunya usaha saya. Sekarang, menunggu tindak lanjut dari pemerintah kota,” kata Rinaldi yang sehari-hari melayani pelanggan asal kabupaten kota di Sumbar dan luar Sumbar, seperti Riau dan Jambi.
Dari Senin sore hingga Selasa pagi, para pedagang yang kiosnya tidak terbakar mengeluarkan barang-barang dagangan mereka. Kemudian, menggunakan kendaraan sendiri atau bantuan Pemerintah Kota Bukittinggi, mereka membawa barang-barang tersebut ke tempat yang aman. Tidak sedikit juga pedagang yang mengevakuasi barangnya ke masjid terdekat.
Dari seluruh pedagang, ada pedagang yang masih terbantu karena sebelumnya mengasuransikan barang mereka. Sayangnya, jumlahnya hanya 30 persen dari total kios di sana. Menurut Ketua Persatuan Pedagang Pusat Pertokoan Pasar Atas Bukittinggi Aswir Ibrahim, banyak yang tidak mengasuransikan barang mereka karena ditolak pihak asuransi. Alasannya, kawasan pertokoan itu rawan terbakar jika mengacu pada kejadian-kejadian sebelumnya. ”Memang ada yang mengajukan dan lolos, tapi tidak banyak,” kata Aswir.
Meski sudah mengasuransikan dagangannya, ada juga yang kecewa. Mustafa, salah satu pedagang di lantai dua pusat pertokoan tersebut, misalnya, mengaku memiliki tiga kios. Dari tiga kios, dia mengasuransikan barang satu kios. Sayangnya, kios yang diasuransikan tidak terbakar, sementara dua lagi yang tidak diasuransikan terbakar. ”Saya merasa aneh saja. Justru kios yang diasuransikan yang selamat. Saya merugi sekitar Rp 100 juta,” ujarnya.
Tidak hanya pedagang, para konsumen juga merasakan dampak kebakaran tersebut. Dewi Satrika (24), warga Belakang Balok, Bukittinggi, yang datang ke lokasi kejadian hanya bisa mengelus dada begitu mengetahui toko tempatnya menjahit jas terbakar. Padahal, jas itu penting bagi Dewi karena akan dikenakan oleh calon suaminya. Mereka akan menikah pada Desember mendatang. ”Gaun pengantin saya aman karena jahit di tempat berbeda. Sementara jas abang jahit di sini karena memang kualitasnya bagus. Jadi, terpaksa bikin ulang lagi,” kata Dewi.
Relokasi
Pusat Pertokoan Pasar Atas Kota Bukittinggi berada sekitar 50 meter di sebelah barat menara Jam Gadang, ikon kota Bukittinggi. Pusat pertokoan tersebut terdiri atas tiga lantai dengan total 750 lebih kios. Produk utama yang dijual berupa bahan dasar kain, pakaian jadi, dan kerajinan kota Bukittinggi. Total masyarakat yang menggantungkan hidup di sana mencapai lebih dari 2.500 orang.
Berdasarkan data yang dihimpun Kompas, Pasar Atas telah ada sejak zaman penjajah Kolonial Belanda sekitar abad ke-17. Saat itu, pasar tersebut tidak hanya dikhususkan untuk jual beli, tetapi juga diperuntukkan sebagai tempat hiburan seperti pasar malam.
Pusat pertokoan tersebut mulai dibangun setelah kemerdekaan, yakni pada 1972, kemudian diresmikan pada 1974 oleh presiden ke-2 RI Soeharto. Sejak diresmikan hingga 2017, tercatat pasar sudah tiga kali terbakar, yakni pada 1995, 1997, dan 2017. Kebakaran pada 1995 terjadi akibat kompor meledak dan menewaskan satu orang. Sementara kebakaran pada 1997 dan 2017 karena korsleting.
Wali Kota Bukittinggi M Ramlan Nurmatias mengatakan, menindaklanjuti kebakaran, mereka berencana membangun ulang pusat pertokoan tersebut. Mengingat prosesnya lama, sementara pedagang harus terus berjualan, pemerintah kota akan merelokasi pedagang ke kawasan Jalan Perintis Kemerdekaan, sekitar 100 meter dari lokasi kebakaran.
Pemerintah kota akan merelokasi pedagang ke kawasan Jalan Perintis Kemerdekaan, sekitar 100 meter dari lokasi kebakaran.
Aswir mengatakan, pedagang setuju dengan rencana relokasi. Namun, dia mengajukan syarat agar semua pedagang ditempatkan di satu titik. Tidak terpisah. ”Pengalaman kebakaran-kebakaran sebelumnya, ketika relokasi, pedagang terpencar. Ada yang di tempat baru, ada yang di sekitar kawasan Jam Gadang. Jadi semrawut. Sekarang, kalau hal itu terjadi lagi, kami menolak relokasi,” kata Aswir, Selasa siang.