DUMAI, KOMPAS — Setelah menjadi pelabuhan ekspor minyak sawit mentah (CPO) terbesar di Tanah Air, Pelabuhan Indonesia I Dumai, Riau, mulai mengembangkan pelabuhan peti kemas. Pengembangan dimulai dengan perbaikan sarana dan prasarana dengan menambah dua alat derek pengangkut (crane) peti kemas.
”Kami sudah mendatangkan dua unit AMC (associated mobile cranes) untuk melengkapi peralatan pemindahan peti kemas menjadi tiga unit. Kami juga sudah menyediakan container yard (lapangan penumpukan peti kemas) seluas 2,5 hektar. Memang lapangannya belum rapi atau belum selesai, tetapi sudah kami mulai,” tutur General Manager PT Pelindo I Dumai Djuhaery, Senin (23/10).
Pelabuhan Dumai kini semakin strategis setelah menjadi pelabuhan ekspor CPO terbesar di Tanah Air. Setelah menembus angka ekspor 6 juta ton per tahun, PT Pelabuhan Indonesia I telah bersiap memperbesar kapasitas menjadi 10 juta ton dengan potensi sampai 13 juta ton CPO per tahun.
Tambahan dua alat derek baru itu, kata Djuhaery, belum optimal untuk volume peti kemas saat ini. Namun, alat itu dapat dipakai untuk mempercepat proses pemindahan muatan produk curah kering, seperti bungkil atau cangkang kelapa sawit, untuk ekspor ke China, India, Jepang, dan Eropa.
”Saat ini, AMC dapat dipakai untuk berbagai keperluan. Alat itu semakin memantapkan Pelabuhan Dumai yang mempersiapkan penambahan panjang Dermaga C sepanjang 200 meter,” lanjutnya.
Djuhaery mengakui, volume peti kemas yang masuk dan keluar Dumai belum optimal. Sejak dioperasikan pada 2016 sampai September 2017, volume bongkar muat total mencapai 13.524 TEU (boks) peti kemas.
Persiapan Dumai itu tidak terlepas dari rencana tol laut Indonesia dan pembangunan tol Pekanbaru-Dumai yang diperkirakan selesai tahun 2019. Dengan beroperasinya tol laut, Dumai bakal semakin diminati pengusaha Riau dan sekitarnya untuk keperluan ekspor dan impor.
Ia berharap, perusahaan besar kelapa sawit serta pabrik bubur kertas dan kertas segera membangun pabrik manufaktur di Dumai. Pelindo sedang menyiapkan layanan pelabuhan sementara perusahaan besar diminta membangun pabrik pengolahan.
Spesifikasi fungsi
Djuhaery tidak menampik bahwa pengembangan pelabuhan peti kemas Dumai dapat menggerus pendapatan Pelabuhan Pelindo I Cabang Perawang, Siak. Namun, sebagai perusahaan satu induk, hal itu pasti dapat diantisipasi dengan membuat spesifikasi fungsi setiap pelabuhan.
Kelebihan Dumai dibandingkan Perawang adalah kemampuan sandar kapal sepanjang 300 meter dengan muatan sampai 50.000 ton. Adapun Perawang sangat terbatas karena alur pelayaran Sungai Siak hanya 100 meter dari lebar sungai 200 meter. Dengan demikian, kapal yang mampu bersandar di Perawang hanya kapal sepanjang maksimal 150 meter dengan muatan sekitar 6.000 ton.
Sebaliknya, industri manufaktur Dumai belum tumbuh sebaik Perawang yang dihuni industri bubur kertas dan kertas PT Indah Kiat Pulp and Paper dan PT Riau Andalan Pulp and Paper. Volume bongkar muat peti kemas Perawang bahkan sudah mencapai 70.000 boks per tahun.
Perawang, di sisi lain, tetap memiliki keunggulan dibandingkan Dumai. Pelabuhan Perawang masih tetap dipakai untuk ekspor dan impor dua industri besar bubur kertas dan kertas serta memasok keperluan konsumen di Riau, terutama Pekanbaru. Keunggulan Perawang adalah jarak yang dekat dengan Pekanbaru, sekitar 70 kilometer.
”Pada tahun 2018, kami akan menambah kapasitas Pelabuhan Perawang. Terminal peti kemas akan ditambah sampai mampu menampung 120.000 boks per tahun,” ucapnya.