Generasi Muda Didorong Membangun Pertanian di Perbatasan
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·2 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS — Generasi muda didorong membangun sektor pertanian di perbatasan Indonesia-Malaysia di Kalimantan Barat. Selain terdapat potensi bisnis pertanian, juga bagian dari regenerasi petani dari yang tua ke muda secara umum.
Dekan Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak Radian, dalam seminar Peringatan Hari Pangan Sedunia di Pontianak, Rabu (18/10), mengatakan, generasi muda memegang peranan penting karena secara pendidikan relatif lebih tinggi. Di sisi lain, prospek produk pertanian kedepan dinilai bagus.
”Diperkirakan, setelah tahun 2017, harga produk pertanian akan meningkat. Di perbatasan juga ada sejumlah potensi pertanian yang spesifik, misalnya beras merah dan jagung yang prospeknya belum begitu dikembangkan,” kata Radian.
Tak hanya itu, lada juga menjadi bagian potensi besar di perbatasan. Bahkan, ada mahasiswa yang membiayai kuliahnya dari pertanian lada. Sesuai catatan Kompas, luas tanaman lada di Kalbar saat ini 8.030 hektar. Dari lahan seluas itu, 80 persennya di perbatasan.
Hermanto, Senior Researcher Indonesian Agency for Agricultural Research and Development Ministry of Agriculture, mengatakan, generasi muda perlu didorong karena mereka melihat pertanian bukan lagi sebagai bisnis yang memiliki prospek bagus. Perlu ada regenerasi. Kalau tidak ada penambahan pekerja, sektor pertanian akan habis.
”Apalagi kini sumber daya manusia di perbatasan terbatas. Tantangannya juga kompleks. Perlu banyak sentuhan inovasi. Anak muda lebih inspiratif, inovasit, dan kreatif. Ditambah lagi letak perbatasan strategis dan peluangnya banyak,” kata Hermanto.
Agar generasi muda tertarik bekerja di sektor pertanian, perlu kebijakan khusus. Misalnya, pengalokasian anggaran untuk menggerakkan kaum muda ke sektor pertanian atau memberi mereka insentif serta bantuan khusus.
Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Agung Hendriadi mengatakan, kehadiran generasi muda sangat diperlukan. Apalagi, tren penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian setiap tahunnya menurun di Indonesia. Misalnya saja, periode 2010 berjumlah 42,8 juta orang, pada 2017 menurun menjadi 39,7 juta orang. ”Kalangan muda meninggalkan desa untuk bekerja di kota di sektor lain,” kata Agung.
Food and Agriculture Organization of the United Nations Representative Indonesia Mark Smulders mengatakan, untuk menarik generasi muda ke sektor pertanian, pertanian perlu didorong lebih modern, berbasis teknologi informasi, dan aplikasi dalam mengakses pasar.