Investasi Belum Selamatkan Warga Miskin di Cirebon
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Seiring kehadiran infrastruktur, seperti jalur ganda kereta api dan Tol Cikopo-Palimanan, arus investasi di Kota Cirebon, Jawa barat, cenderung meningkat. Meski demikian, sepertiga dari penduduk ”Kota Wali” itu ternyata masih tergolong warga miskin.
Berdasarkan catatan Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMPPT) Kota Cirebon, investasi yang masuk hingga semester III mencapai lebih dari Rp 1,6 triliun. Jumlah ini melebihi capaian investasi tahun lalu sebesar Rp 1,3 triliun. Angka ini juga melonjak dibandingkan total investasi pada 2014, yakni Rp 785 miliar.
”Ini melebihi target investasi kami, yakni Rp 1 triliun,” kata Kepala Bidang Penanaman Modal BPMPPT Kota Cirebon Icip Suryadi kepada Kompas, Selasa (17/10), di Cirebon. Sektor perdagangan dan jasa, seperti hotel dan restoran, juga paling banyak menyedot investasi.
Menurut dia, lonjakan investasi terjadi sejak Tol Cikopo-Palimanan (Cipali) beroperasi pertengahan 2015. Jalan tol itu memangkas waktu tempuh dari Jakarta ke Cirebon dari biasanya 5 jam jika melalui jalan nasional pantai utara menjadi hanya 3 jam.
Rel ganda juga mempercepat mobilitas manusia dan barang di daerah pesisir utara tersebut. PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi 3 Cirebon mencatat terdapat 160 perjalanan di Daop 3 Cirebon. Angka ini meningkat dibandingkan 2013 yang mencapai 138 perjalanan.
Menurut Icip, arus investasi yang cenderung meningkat ini menunjukkan Kota Cirebon masih dianggap strategis. Padahal, kota seluas 37 kilometer persegi ini terkendala penyediaan lahan. Meski demikian, pihaknya akan menawarkan empat program kepada investor dalam dan luar negeri. Keempat program itu adalah taman impian Kesenden, Pelabuhan Cirebon, Pelabuhan Kejawanan sebagai pusat kuliner laut dan wisata, serta bekas galian C Argasunya untuk tempat wisata. Di daerah tersebut masih tersedia lahan.
Icip optimistis, arus investasi masih terjadi seiring beroperasinya Bandara Internasional Jabar di Kecamatan Kertajati, Kabupaten Majalengka. Bandara yang berjarak 35 kilometer dari Kota Cirebon ini ditargetkan melayani penerbangan jemaah calon haji tahun depan. ”Kota Cirebon akan jadi tempat persinggahan dan peristirahatan sebelum ke bandara,” ujarnya.
Warga miskin
Meski demikian, investasi tersebut belum menyelamatkan warga miskin di ”Kota Wali”. Kepala Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kota Cirebon Jamaludin mengakui, penduduk miskin masih berkisar 109.000 orang. Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun 2013 yang mencapai 102.702 orang.
Bahkan, jumlah tersebut sekitar sepertiga dari total penduduk Kota Cirebon tahun 2016, yakni 310.490 jiwa. Warga digolongkan miskin berdasarkan indikator, antara lain, penghasilan yang hanya Rp 600.000 per bulan, pengangguran, dan luasan tempat tinggal hanya sekitar 8 meter persegi.
Kota Cirebon juga menempati urutan kedua yang terburuk di antara sembilan kota di Jabar untuk indeks keparahan dan kedalaman kemiskinan dengan nilai masing-masing 0,49 dan 1,86 tahun 2016. Indeks kedalaman kemiskinan mengindikasikan jarak rata-rata pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Indeks keparahan kemiskinan mengindikasikan ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin.
”Kami sudah berupaya untuk mengurangi kemiskinan dengan pelatihan dan program keluarga harapan. Namun, ini membutuhkan tahapan kerja. Kami sedang mengusulkan pemanfaatan dana CSR (tanggung jawab sosial perusahaan) untuk membuat rumah singgah. Di sana, anak-anak yang miskin akan dibekali keterampilan,” ujar Jamaludin.