PONTIANAK, KOMPAS — Sekelompok anak muda di Pontianak, Kalimantan Barat, mengampanyekan kebinekaan melalui video, web, dan media sosial serta berkunjung ke desa-desa. Hal itu dilakukan berangkat dari keprihatinan terhadap isu-isu yang mengancam kesatuan dan persatuan bangsa.
Terlebih lagi, secara khusus pada tahun 2018 akan dilaksanakan pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Kalimantan Barat. Isu-isu berbau identitas, baik suku maupun agama, sangat rawan memecah belah anak bangsa dalam kontestasi politik tersebut. Mereka tidak ingin itu terjadi.
Salah satu komunitas anak muda yang aktif menyuarakan keberagaman adalah SADAP, yakni Satu dalam Perbedaan. Komunitas itu baru-baru ini membuat video berjudul Bersatu dalam Keberagaman yang diunggah ke laman Youtube. Dalam video berdurasi sekitar 47 detik itu, terlihat anak-anak muda dari berbagai latar belakang agama dan suku menyerukan pentingnya menjaga kebersamaan. Kalimat-kalimat yang mereka serukan dalam video itu antara lain ”Dalam keberagaman ada prinsip kesetaraan”, ”Tuhan tidak memandang kamu dari status sosial atau dari apa pun agama yang kamu anut, tetapi Tuhan melihat ketakwaanmu”.
Seruan lainnya dalam video itu adalah ”Merawat keberagaman adalah bagian dari iman”. Kemudian, pada bagian akhir video itu ditutup dengan kalimat ”Karena kita satu dalam perbedaan”.
Video itu kami buat pada 10 Oktober. Kami membuat video itu karena kegelisahan kami terhadap masalah yang dihadapi bangsa Indonesia terutama mengenai intoleransi, secara khusus di Kalbar juga tidak lepas dari masalah itu,” kata Koordinator SADAP Isa Oktaviani, Senin (16/10) di Pontianak.
Kalbar rawan dengan isu intoleransi. Apalagi, menjelang pilkada 2018, isu SARA rentan dijadikan oleh para elite politik sebagai sarana untuk meraup suara. Agama kerap kali dijadikan sebagai sarana untuk menarik simpati masyarakat.
Selain melalui video, SADAP juga mengampanyekan kebinekaan melalui situs. Di situs yang diberi nama sadapindonesia.web.id itu, mereka memuat tulisan-tulisan yang memupuk kebinekaan. Ada juga melalui media sosial lainnya Facebook dan Twitter .
Kebinekaan juga disuarakan lembaga yang beranggotakan kalangan muda, yakni Pemuda Perdamaian. Ketua Umum Pemuda Perdamaian Irfansius mengatakan, dirinya dan teman-temannya yang berjumlah 17 orang mulai akhir minggu ini akan datang ke desa-desa untuk menyuarakan pilkada damai. ”Kami akan mendatangi desa-desa di Kabupaten Kubu Raya, Mempawah, Landak, Kota Singkawang, dan Pontianak,” ujar Irfansius.
Mereka akan berkomunikasi dengan aparatur desa setempat terlebih dahulu untuk memberi tahu mengenai kegiatan mereka. Setelah itu, masyarakat akan dikumpulkan dan mereka mulai melakukan sosialisasi. Dalam tiga bulan mendatang, mereka menargetkan akan mengunjungi 100 tempat.
Pemuda Perdamaian juga memiliki kegelisahan yang sama. Mereka menilai pilkada 2018 rawan konflik, apalagi kentalnya politik identitas setiap pilkada. Meskipun pilkada belum dimulai, isu politik identitas sudah mencuat di masyarakat saat ini.
”Hal seperti ini merugikan daerah. Masyarakat akhirnya menghabiskan energi hanya untuk berkonflik. Akhirnya, kehilangan kontrol terhadap jalannya pembangunan yang dilakukan pemerintah. Ini tidak baik untuk pembangunan daerah,” kata Irfansius.