MEDAN, KOMPAS — Pendidikan karakter tetap menjadi landasan dalam mendidik mahasiswa bagi perguruan tinggi yang tergabung dalam Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik. Pendidikan karakter juga dinilai tetap relevan dan justru menjadi jawaban di tengah mengemukanya penggunaan teknologi dan kecerdasan buatan.
Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik (APTIK) Paulus Wiryono Priyotamtama, SJ kepada wartawan di Medan, Rabu (11/10), mengatakan, di tengah maraknya penggunaan robot untuk menggantikan tenaga kerja manusia, perguruan tinggi ditantang untuk menyediakan lulusan yang berkarakter.
Pihaknya ingin bersama-sama merumuskan sarjana macam apa yang dibutuhkan saat ini di tengah maraknya penggunaan kecerdasan buatan tersebut. Hal itu dilakukan dalam Hari Studi APTIK yang mengambil tema ”Realita dan Tantangan Era Disrubsi bagi Pendidikan Tinggi” di Medan yang dimulai, Rabu (11/10) hingga Sabtu (14/10).
”Pendidikan karakter tetap menjadi unggulan terutama bagi mahasiswa. Kami menekankan bagaimana mendidik lulusan yang akan menggunakan mesin-mesin canggih dan akan memasukkan data dengan benar. Sebab, tanpa kebenaran, tentu akan menghasilkan kehancuran,” tutur Wiryono. Data yang baik tentu bisa dipertanggungjawabkan dalam aspek etikanya.
Wiryono menyebutkan, dewasa ini yang dibutuhkan adalah masyarakat yang mampu berkolaborasi satu sama lain serta mampu melihat realitas ketimpangan sosial yang mencolok dan memikirkan saudara yang miskin. Teknologi dibuat untuk mengatasi hal itu. Ini sesuai dengan ensiklik yang telah dikeluarkan Paus Fransiskus, yakni Laudato Si, seruan untuk bekerja sama menyelamatkan planet ini. Teknologi juga dibuat untuk menyelamatkan planet ini.
Meskipun tidak ada di dalam satuan kredit semester (SKS), pendidikan karakter terus dilakukan dalam pendampingan mahasiswa selama menempuh studi. Mahasiswa akhir selalu diajak berpikir tentang pencapaiannya saat ini dan akan berkarya di mana untuk membantu proses berbangsa. Ini seperti yang dilakukan di Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, tempat dia berkarya.
”Kami ingin menemani perjalanan bangsa ini untuk memiliki optimisme dan keberanian memasuki tantangan baru dengan percaya diri,” ucap Wiryono, yang merupakan mantan Rektor Universitas Sanata Dharma.
Rektor Universitas Katolik Santo Thomas Medan Frietz R Tambunan, Pr mengatakan, di universitasnya, pendidikan karakter—meskipun tidak memiliki kredit semester—menjadi syarat kelulusan karena mahasiswa harus memiliki sertifikat pendidikan karakter.
Sama dengan di Sanata Dharma, Unika Santo Thomas juga melakukan pendidikan karakter dalam pendampingan mahasiswa. Untuk lulus, mahasiswa harus sudah dewasa dalam keilmuan, berintegritas, layak dipercaya, ramah, setia, dan sadar akan kewarganegaraannya. Hal ini penting karena di Indonesia banyak orang pintar, tetapi banyak yang kurang humanis. ”Memang belum menjadi mata kuliah, tetapi diintegrasikan dalam mata kuliah,” lanjut Frietz.
Menekankan mutu
APTIK saat ini beranggotakan 19 yayasan dengan 20 perguruan tinggi yang tersebar di seluruh Indonesia. Didirikan pada 1984, saat ini diperkirakan memiliki 50.000-60.000 mahasiswa dengan alumni berjumlah 80.000-90.000 orang.
Wiryono menyatakan, jumlah alumni dan mahasiswanya tidak banyak karena pihaknya menekankan mutu daripada kuantitas. Ia mencontohkan salah satu fakultas di Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, yakni Fakultas Farmasi. Meskipun peminatnya 3.000 orang, yang diterima tidak lebih dari 200 mahasiswa demi menjaga kualitas.
Frietz menambahkan, hari Minggu (15/10) pihaknya juga akan menggelar Deklarasi Kebangsaan yang diikuti 3.000 mahasiswa dari sejumlah perguruan tinggi di Medan. Deklarasi ini merupakan langkah lanjutan dari Deklarasi Kebangsaan yang digelar para rektor di Nusa Dua, Bali, bulan lalu. Deklarasi merupakan salah satu upaya universitas membentengi meluasnya radikalisme dan gerakan intoleransi yang mengancam kebinekaan dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.