BANDUNG, KOMPAS — Kondisi perekonomian Jawa Barat timpang. Kabupaten dan kota di utara Jawa Barat lebih maju ketimbang selatan Jawa Barat. Minimnya infrastruktur di daerah selatan membuat kondisi perekonomiannya masih tertinggal.
”Pertumbuhan ekonomi kabupaten dan kotamadya Jawa Barat bagian selatan, berbatasan langsung dengan Samudra Hindia, masih lebih rendah ketimbang bagian utara,” kata Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo seusai persiapan Rapat Koordinasi Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Bank Indonesia di Bandung, Selasa (26/9).
Kabupaten Tasikmalaya, misalnya, pada tahun 2015, pertumbuhan ekonominya hanya 4,3 persen. Besaran itu jauh dari pertumbuhan dibandingkan Kota Cirebon yang mencapai 5,8 persen. Adapun pertumbuhan ekonomi Jabar saat itu 5,03 persen.
Dari angka pendapatan per kapita, jurang ketimpangan itu juga masih mengangga. Pendapatan per kapita di Kabupaten Kawarang, salah satu pusat industri nasional, mencapai Rp 73,5 juta per orang per tahun. Jumlah itu 4,59 kali lipat lebih besar ketimbang pendapatan per kapita warga Kabupaten Garut.
Akibatnya, ketimpangan itu menyumbangkan tingginya indeks rasio gini di Jabar. Pada Febuari 2017, indeks rasio gini Jabar sebesar 0,403-0,408. Angka itu, lebih besar ketimbang indeks rasio gini nasional 0,393.
Kepala Kantor Perwakilan BI Jabar Wiwiek Sisto Hidayat menjelaskan, ketimpangan itu dipicu minimnya infrastruktur pendukung di daerah selatan. Keterbatasan itu menghambat akses distribusi barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Selain itu, karakteristik perekonomian Jawa Barat bagian selatan tak mudah dipacu. Daerah selatan Jabar, seperti Garut, Pangandaran, dan Sukabumi, bertumpu dari sektor pertanian dan perikanan. Namun, belakangan, kedua sektor itu tidak serta-merta mudah bisa ditingkatkan dalam waktu cepat.
”Pertanian dan perikanan banyak dipengaruhi kondisi cuaca dan serangan penyakit. Berbeda dengan di utara. Ditopang industri dan perdagangan, pertumbuhan ekonominya lebih mudah ditingkatkan lewat penambahan modal atau insentif usaha lainnya,” kata Wiwiek.
Strategi pembenahan
Untuk membenahi hal itu, Dody mengatakan, ada beberapa hal yang harus segera dilakukan. Salah satunya, dengan mempercepat pembangunan infrastruktur di selatan Jabar.
”Beberapa pembangunan infrastruktur selatan Jabar sudah dilakukan. Pembangunan Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu), Jalan Tol Bogor-Ciawi-Sukabumi (Bocimi), dan Bendungan Leuwikeris di Kabupaten Tasikmalaya sedang berjalan,” katanya.
Dukungan pada industri di selatan juga harus terus ditingkatkan. Salah satunya dengan mendorong industri potensial dan membutuhkan banyak tenaga kerja berinvestasi di daerah selatan Jabar. Saat ini, beberapa industri sepatu dan alas kaki sudah dibangun di sekitar Kabupaten Sukabumi.
”Pariwisata juga tidak boleh dilupakan. Memiliki banyak obyek wisata menarik, selatan Jabar sangat berpotensi dikembangkan. Beberapa di antaranya Pantai Pangandaran di Kabupaten Pangandaran dan Taman Bumi Ciletuh di Kabupaten Sukabumi.
Pariwisata juga tidak boleh dilupakan. Memiliki banyak obyek wisata menarik, selatan Jabar sangat berpotensi dikembangkan.
”Kuncinya mempermudah akses menuju lokasi dan menyiapkan akomodasi di sekitar lokasi industri atau pariwisata. Apabila jalan sudah mulus dan ada bandara, semua tempat punya potensi yang sama untuk berkembang,” ujar Dody.