TERNATE, KOMPAS — Ikatan Keluarga Tidore, Maluku Utara, melalui program Barifola membangun 191 rumah untuk warga miskin di seluruh wilayah provinsi itu. Program tersebut memberikan rumah gratis tipe 36 hingga tipe 45 melalui swadaya masyarakat.
Ketua Ikatan Keluarga Tidore Burhan Abdurahman di Ternate, Sabtu (2/9), mengungkapkan, pemberian rumah gratis kepada warga miskin telah dilakukan selama sembilan tahun sejak 2008. ”Saya tidak menyangka program ini diridai Allah dan didukung masyarakat miskin juga,” katanya.
Masyarakat miskin yang dimaksud Burhan adalah 40 tukang yang bekerja tanpa imbalan saat membangun sebuah rumah bantuan. Mereka bekerja membangun rumah tipe 45 hanya dalam tempo lima hari, bahkan untuk rumah kecil hanya tiga hari.
Wahab Fabanyo, warga yang bekerja sebagai buruh pelabuhan, mengaku tak dibayar selama bekerja membangun rumah. Saat itu, ia bersama tukang lain membangun rumah Muhclis Muhammad, nelayan di Kelurahan Kalumata, Ternate Selatan. ”Bekerja ini amal,” katanya.
Rumah yang dikerjakan Wahab terletak di pinggir pantai dan memiliki tiga kamar. Rumah yang dibangun sejak Senin pekan lalu itu ketika dikunjungi sudah hampir selesai.
Menurut Wahab, bulan lalu mereka membangun tiga rumah hanya dalam waktu 10 hari. Setiap bulan, Wahab menyisihkan waktu sepekan untuk bekerja membangun rumah warga miskin. ”Kami ini orang susah membantu orang miskin,” katanya.
Muhclis, pemilik rumah, mengaku terkejut ketika tim dari Barifola datang melakukan survei, dan keesokan harinya langsung membawa bahan bangunan. Ia menaksir harga rumah plus bahan mencapai Rp 40 juta. ”Saya bersyukur sekali. Untuk beli selembar seng saja saya tak mampu,” katanya.
Menurut Burhan, program Barifola awalnya berjalan di Tidore dan Ternate. Saat ini, program itu menjangkau masyarakat di Kabupaten Halmahera Selatan, Halmahera Timur, dan Halmahera Utara. Dana pembangunan rumah berasal dari swadaya masyarakat.
Barifola, yang dalam bahasa Tidore berarti gotong royong membangun rumah, menjadi terkenal di kalangan masyarakat Maluku Utara. Burhan menyebutkan, rumah diberikan kepada warga miskin dengan persyaratan lahan rumah memiliki sertifikat atau surat tanah resmi.
Tokoh masyarakat Maluku Utara, Muhammad Taher, mengatakan, program Barifola telah merasuk ke kalangan masyarakat miskin di daerahnya. Warga miskin di Ternate bagaikan mimpi saat rumahnya dibongkar, kemudian dibangun rumah permanen berdinding beton.
Barifola kini menyatukan masyarakat miskin serta mengikis perbedaan suku dan agama di Maluku Utara, untuk saling membantu dalam kesulitan ekonomi. ”Saya lihat para tukang yang membangun rumah juga hidup miskin, tetapi mereka rela tidak digaji,” ujar Taher.
Menurut Taher, Barifola merupakan kegiatan sosial kemanusiaan inheren dengan upaya pemerataan ekonomi dan kearifan dalam tradisi masyarakat Maluku Utara. Kultur hidup Barifola sudah ada di tengah masyarakat, yang bekerja sama secara arisan membangun rumah anggota masyarakat yang miskin. ”Barifola kini menjadi roh masyarakat untuk bergotong royong,” katanya.
Burhan mengatakan, program Barifola berawal dari gerakan Rp 1.000 yang dikenal masyarakat dengan gerakan cala moi. Dari cala moi berubah menjadi Barifola, yakni membangun rumah. Banyak warga miskin di Maluku Utara yang tidak mempunyai rumah layak huni. (ZAL)